Medan (Pewarta.co)-Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi meminta aparatur negara menyiapkan database (basis data) peluang potensi daerah untuk meningkatkan investasi.
Permintaan itu disampaikan Gubsu Edy Rahmayadi pada Capacity Building North Sumatera Invest 2019 diadakan Gedung Bank Indonesia Sumut Jalan Balai Kota Medan, Selasa (8/10/2019).
Menurutnya database potensi daerah itu penting untuk meyakinkan para investor (pemodal) khususnya dari luar negeri mendapatkan informasi jelas tentang seluruh aspek di daerahnya masing-masing.
“Untuk itu diperlukan kerja keras semua pihak terkait, mulai dai pemerintah provinsi, kabupaten/kota hingga masyarakat,” kata Gubsu.
Gubsu menyebutkan, yang pertama dilakukan adalah harus adanya keyakinan untuk hal itu dan diiringi kejujuran dalam menyikapi berbagai perkembangan. Sebab jika tidak jujur maka akan sulit untuk maju.
Selain itu, kata Gubsu, jangan menyerah. Apalagi kalau dilihat dari segi potensi, Sumut ini menjanjikan dengan begitu banyak potensi yang dimilikinya.
Dengan adanya capacity building untuk realisasi database informasi Sumut yang diselenggarakan Bank Indonesia Perwakilan Sumut ini, Gubsu minta agar semua pihak terkait bekerja keras menyiapkan data lengkap.
“Tanpa itu kita akan sulit untuk bisa meyakinkan calon pemodal untuk berinvestasi di Sumut,” ujarnya.
Namun jika mampu meyakinkan para calon investor tersebut, Edy optimis hingga akhir tahun ini, investasi bisa meningkat terutama sektor agraria. Sebab dari dulu Sumut memang dikenal dengan agraris dan itu harus diprioritaskan.
“Jadi jangan sibuk dengan yang lain,” ujarnya.
Senada dikatakan Kepala Perwakilan BI Sumut Wiwiek Sisto Widayat. Kegiatan ini katanya sebagai upaya meningkatkan kapasitas para aparatur negara dalam menyiapkan data terkait potensi investasi di seluruh kabupaten/kota.
Karena itu pesertanya selain dari Bappeda juga Biro Perekonomian dan Asisten Bidang Perekonomian se-Sumut sebagai upaya agar North Sumatera Invest bisa lebih aktif lagi dalam meningkatkan investasi.
Disebutkan Wiwiek, data menunjukkan pada 2019, pertumbuhan investasi dari PDRB dari BPS, hanya setengah dari tahun lalu, sekitar 6 %. Sedangkan tahun lalu bisa 11-12 persen. Dengan demikian ada sesuatu yang salah.
Dia juga mengungkapkan tentang kesiapan basis data seperti proyek apa yang siap untuk dibiayai para pemodal. Sehingga bisa diketahui dari segi mana pemodal akan menanamkan sahamnya di Sumut.
Menurutnya saat ini bisa saja mereka tidak tahu, darimana mulainya, karena tidak ada data.
“Kita tidak dapat databasenya di semua kabupaten/kota. Padahal orang jika mau datang harusnya tinggal tanya satu pintu, dikasi semua informasi mengenai proyek apa yang ada dan posisinya seperti apa,” tuturnya.
Disebutkannya, ada tiga program penyusunan data yang digagas yakni blue book, green book dan brown book.
Pada blue book menjelaskan tentang data pada tataran paling rendah terkait dengan data informasi proyek yang akan ditawarakan kepada investor.
Sedangkan green book data lebih lengkap lagi. Sebab sudah ada feasibility study (studi kelayakan) hitungannya dan sudah ada data mengenai tanah serta statusnya seperti apa.
Pada tahap brown book lebih rinci berisi semua data dan informasi, baik dari sisi tataran makro, ekskalasi, PDRB dan ketenagakerjaan seperti apa dan dengan proyek apa yang sudah siap.
Wiwiek berharap dengan data yang lengkap, maka analisis dan proyeksi bisa disampaikan kepada investor, dengan potensi yang ada di masing-masing kabupaten/kota. Sebab itulah yang akan dicapai dalam upaya meningkatkan investasi Sumut. (gusti)