Medan (pewarta.co) – Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) kembali hadir di Medan. Pada program BKGN 2018 ini, masyarakat Medan dan sekitarnya dapat mendatangi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara, mulai Senin (12/11/2018) hingga Rabu (14/11/2018) untuk mendapatkan layanan kesehatan gigi.
Program tersebut digelar Pepsodent, brand perawatan kesehatan gigi dan mulut produksi PT Unilever lndonesia Tbk bekerjasama dengan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi lndonesia (AFDOKGi).
“Tahun ini merupakan tahun ke-9 pelaksanaan BKGN di kota Medan. Di setiap pelaksanaannya kami selalu mendapatkan respon yang sangat positif dari masyarakat setempat, artinya masyarakat Medan memang memiliki kepedulian terhadap kesehatan gigi dan mulut mereka. Tahun ini kami memiliki target untuk memberikan edukasi dan pelayanan kesehatan gigi ke 1.000 orang masyarakat Medan dan sekitarnya,” ungkap Division Head for Health & Wellbeing and Professional Institutions Yayasan Unilever Indonesia, drg Ratu Mirah Afifah, Senin (12/11/2018).
Program BKGN tahun ini dibuka Rektor USU Prof Runtung Sitepu dan dihadiri Dekan FKG USU Dr drg Trelia Boel MKes.
Sesuai dengan tema yang diangkat tahun ini, yaitu “Lindungi Kesehatan Gigi Keluarga dari Risiko Gula Tersembunyi”, BKGN 2018 memberikan edukasi mengenai pentingnya mewaspadai gula tersembunyi yang ternyata banyak dikonsumsi setiap hari, terutama karena risiko yang ditimbulkannya terhadap masalah karies atau gigi berlubang.
Diungkapkannya, setiap tahun panitia selalu mengangkat berbagai tema menarik dan terkini. Tahun ini, tema risiko gula tersembunyi terhadap kesehatan gigi dan mulut menjadi pilihan karena ternyata masih banyak masyarakat yang belum memahami bahwa makanan atau minuman yang tidak manis sekalipun dapat mengandung gula penyebab gigi berlubang.
Ratu Mirah meyakini edukasi ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat Medan. Pasalnya, banyak kuliner khas Medan yang meskipun tidak bercita rasa manis namun memiliki kandungan gula tersembunyi.
Dia melihat kuliner Medan terkenal dengan hidangan yang banyak mengandung karbohidrat, seperti Lontong Medan, Mie Gomak, Bihun Bebek, Nasi Soto Medan, Kwetiau, Lemang dan banyak lainnya.
“Apabila tidak diimbangi dengan pengetahuan mengenai perawatan kesehatan gigi yang benar, tentunya gula tersembunyi yang terkandung di dalam karbohidrat ini akan beresiko menimbulkan masalah karies,” tuturnya.
Dijelaskannya, sejak pertama kali diadakan tahun 2010, melalui pelaksanaan BKGN Pepsodent, PDGI dan AFDOKGl memiliki komitmen berkelanjutan untuk mengedukasi, memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, sekaligus membiasakan masyarakat Indonesia merawat kesehatan gigi dengan menyikat gigi pada pagi dan malam hari, serta memeriksakan diri ke dokter gigi setidaknya enam bulan sekali.
Terkait dengan konsumsi gula, World Health Organization (WHO) menganjurkan bahwa asupan gula dari semua sumber makanan dan minuman tidak melebihi 50 gram per hari untuk dewasa dan 30 gram per hari untuk anak. Sayangnya, data Survei Konsumsi Makanan individu (SKMI) Indonesia tahun 2014 menyatakan bahwa sebanyak 29,796 masyarakat Indonesia mengonsumsi gula harian melebihi batas rekomendasi tersebut. Konsumsi gula berlebih ini salah satunya disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan kehadiran gula tersembunyi.
“Selama ini kita tidak menyadari bahwa konsumsi gula sehari-hari ternyata layaknya sebuah ‘gunung es’. Makanan dan minuman yang bercita rasa manis sebenarnya hanya sebagian kecil dari gula yang kita konsumsi, di luar itu, faktanya begitu banyak jenis makanan dan minuman tidak manis namun mengandung guia tersembunyi yang menimbulkan berbagai risiko kesehatan, termasuk gigi berlubang,” jelasnya.
Khusus mengenai hubungan antara gula tersembunyi dan gigi berlubang, Dekan FKG USU Trelia Boel mengatakan masalah gigi berlubang atau karies seringkali digambarkan sebagai 4 mata rantai yang saling berinteraksi, yaitu host yang terdiri dari gigi dan air liur, mikroorganisme atau bahan“ pada plak, substrat atau asupan makanan dan waktu.
”Bicara mengenai substrat, gula yang kita konsumsi diubah oleh mikroorganisme di dalam mulut sehingga kondisi pH mulut otomatis berubah menjadi asam dan proses karies pun terjadi. Selain substrat, faktor waktu juga penting diperhatikan karena berhubungan erat dengan seberapa seringnya kita mengonsumsi gula, termasuk gula tersembunyi. Namun, proses karies akibat gula ini dapat dikendalikan dengan lebih mewaspadai konsumsi gula dan menginterupsi waktu pembentukan karies dengan rutin menyikat gigi pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride, serta berkonsultasi ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali,” pesan Trelia.
Topik penting inilah yang diangkat melalui BKGN 2018, yang secara keseluruhan memiliki target untuk mengedukasi dan melayani lebih dari 65.000 masyarakat indonesia melalui rangkaian aktivitas yang digelar di 23 Fakultas Kedokteran Gigi dan 40 cabang PDGI di berbagai wilayah Indonesia hingga Desember mendatang.
Pepsodent, PDGI dan AFDOKGI mengajak masyarakat untuk hadir dan memanfaatkan fasilitas serta pelayanan yang dipersembahkan di BKGN 2018 sehingga tujuan utama dari penyelenggaraan program ini, yaitu menciptakan Senyum Sehat Keluarga indonesia, akan tercapai sebagai dukungan bagi pemerintah menuju Indonesia bebas karies tahun 2030. (gusti/red)