Medan (pewarta.co) – Meski telah berualang kali di demo serta ditolak masyarakat dan pemerintah setempat, tak membuat A Sun (42) warga Jalan Mandala By Pass, merasa takut dalam membuka usaha pabrik peleburan aluminium (timah) ditengah padat penduduk di Jalan Lapangan 2, Dusun 7, Desa Bandar Setia, Percut Sei Tuan.
Akibatnya, warga jadi mengamuk. Seratusan masyarakat setempat kembali berdemo. Tak hayal, masrakat yang marah, berhasil meransek masuk melalui pintu baja pabrik. Karena geram dan dianggap menimbulkan penyakit dari asap pembakaran yang dilakukan pabrik, massa pun merusak dan merobohkan gubuk tempat berteduh pabrik, Selasa (26/12/2017) siang.
Berdasarkan informasi yang dihimpun menyebutkan, masyarakat sekitar pabrik mengaku terpaksa mendemo pabrik lantaran pemilik pabrik (A Sun) dianggap telah mengkangkangi peringatan masyarakat agar jangan mengoperasikan pembakaran sisa asisories kendaraan bermotor yang mengandung timah. Pasalnya, kepulan asap hitam dan tebal menyebar ke pemukiman masyarakat setempat.
Dampak dari kepulan asap dari pengolahan timah tersebut, mengakibatkan warga terserang penyakit. Sebab, aktifitas pabrik melakukan pembakaran yang mengandung kumpalan asap beracun yang bahan bakunya dari sperparat kendaraan berkadar timah.
“Dulu juga sudah di demo dan sempat ditutup oleh masyarakat dan pihak Desa Bandar Setia juga ikut, tapi si A Sun pemilik pabrik terbilang bandel. Diam-diam rupanya dia membuka lagi usahanya. Kami sudah bilang agar ditempat pemasakan agar dibuat cerobong asap yang tinggi, tapi sampai sekarang cerobong asap tidak dibuat. Makanya kami kesal, kata Sudiarti (48) dan ibu Misni warga sekitar.
Selain menyebabkan polusi udara dari kepulan asap pembakaran timah, masyarakat juga mengatakan dampak dari aktifitas pabrik membuat air disumur warga menjadi kotor dan tak baik dikonsumsi.
Pabrik Peleburan Daur Ulang Aluminium tersebut, disebut warga, pernah di datangi pihak Pemkab Deli Serdang, saat warga pernah menyampaikan surat protes dan keberatan atas berdirinya Pabrik itu. Namun hingga kini tak kunjung juga ditutup.
Salah seorang pekerja pabrik tersebut yang mengaku bernama, Mul (49) mengakui bahwa aktifitas pabrik kembali beroperasi dalam kurun setahun belakangan ini. Ia juga mengaku terkejut atas kedatangan seratusan masyarakat dan dirinya tak bisa berbuat banyak saat menyaksikan atap tempat masak timah yang dikerjainnya dirubuhkan masyarakat.
“Saya tadi pas lagi masak bahan timah bang bersama anggota saya si Riswan, terus masyarakat ramai-rami datang. Kebetulan bos saya A Sun bersama istrinya belum datang tadi, lalu masyarakat marah dan merobohkan gubuk itu,” aku, Mul.
Pantauan wartawan dilokasi, puluhan warga dan Kepala Desa, meminta agar Pabrik Peleburan Daur Ulang Aluminium itu, segera ditutup.
“Kami minta pabrik ini ditutup, sebab bukan hanya penyakit yang disebarkan kepada kami, tapi seng rumah kami pun rusak. Izinnya pun kurasa gak ada,” ujar warga yang didampingi Kades Bandar Setia, Sugiarto dan stafnya, di depan pintu pabrik.
Ditempat yang sama, saat dikonfirmasi, Kades Bandar Setia, Sugiarto, menyebutkan, bahwa Pabrik Peleburan Daur Ulang, yang telah berdiri hampir tiga tahun ini, tak ada izinnya.
“Mereka belum ada melapor ke Desa, atas berdirinya Pabrik Peleburan Daur Ulang itu. Tak pernah pemiliknya ini melapor ke desa, padahal sudah hampir tiga tahun berdiri. Warga menuding, pemilik Pabrik ini juga disebut sangat arogan, dan tak bermasyarakat kepada warga sekitar, jadi wajar kalo warga meminta pabrik ini ditutup,” cetus Kades, yang diamini warga.
Warga mengultimatum, bila Pabrik Peleburan Daur Ulang Aluminium tersebut tidak juga di tutup, dalam waktu satu minggu kedepannya, warga akan menutup paksa, dan berorasi ke kantor instansi terkait.
Sementara, pemilik pabrik A Sun, yang telah datang ke lokasi mengaku bahwa dirinya telah mengurus surat perizinan kepada pemerintah Pemkab Deli Serdang. Bahkan dirinya telah memberikan uang kondensasi kepada perwakilan masyarakat.
“Selama ini saya sudah kasih uang kepada perwakilan masyarakat disana. Sebulannya Rp 6 juta. Hanya bulan ini aja yang egak dikasi karena ribut-ribut lagi dipabrik saya. Ada 3 orang yang biasa minta duit itu ke saya, namanya Budiman, Herry dan Sugiono,” ungkap A Sun yang didampingi istrinya di lokasi pabrik. (hr/red)