Medan (pewarta.co) – Bank Indonesia meyakini ke depan inflasi dapat tetap terkendali dan berada pada sasarannya, yaitu 3,5±1 persen (yoy). Hal itu lantaran Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah TPID Provinsi Sumatera Utara senantiasa melakukan upaya pengendalian inflasi sesuai roadmap yang telah disusun.
Direktur BI Perwakilan Sumatera Utara Hilman Tisnawan mengatakan, dalam jangka pendek, difokuskan pada pengelolaan pasokan dan distribusi khususnya bahan kebutuhan pokok.
Disebutkannya, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumatera Utara di bulan Juli 2018 meningkat.
“Kondisi tersebut salah satunya dipicu oleh peningkatan harga bahan makanan khususnya daging ayam ras,” ujarnya kepada pewarta.co, Sabtu (4/8/2018).
Secara bulanan, kata dia, inflasi tercatat 0,48 persen (mtm), berada sedikit di atas inflasi nasional yang sebesar 0,28 persen (mtm). Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan inflasi mencapai 3,60 persen (yoy) dan sampai dengan periode laporan tercatat sebesar 2,18 persen (ytd) atau masih berada dalam target inflasi sebesar 3,5 persen ± 1 persen.
Secara spasial, jelasnya, pada Juli 2018 inflasi terjadi di seluruh kota IHK. Inflasi Kota Medan tercatat 0,49 persen (mtm) dan Kota Pematangsiantar 0,35 persen (mtm). Sementara Kota Padangsidimpuan dan Kota Sibolga mengalami inflasi sebesar 0,53 persen (mtm) dan 0,62 persen (mtm).
Tekanan inflasi pada bulan Juli 2018 didorong oleh inflasi volatile food sebesar 1,85 persen (mtm) setelah pada bulan sebelumnya tercatat deflasi 1,53 persen (mtm). Inflasi pada kelompok ini terutama terjadi pada komoditas daging ayam ras. Tekanan harga disebabkan oleh keterbatasan pasokan daging ayam, yang ditengarai terkait dengan permasalahan pada jalur distribusi dan dampak perubahan iklim. Di sisi lain, peningkatan harga pakan juga turut mendorong kenaikan harga daging ayam ras.
Sementara itu, kata Hilman, tekanan inflasi Administered Price pada bulan Juli 2018 cenderung mereda yaitu deflasi 0,27 persen (mtm), di bawah angka inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 1,27 persen (mtm).
Menurunnya tekanan administered price terutama disebabkan oleh dampak penurunan harga angkutan udara dan angkutan antar kota pasca selesainya libur panjang lebaran dan libur anak sekolah. Secara tahunan, inflasi pada kelompok administered prices menurun menjadi 2,29 persen.
Di sisi lain, tambah Hilman, inflasi kelompok inti sedikit menurun salah satunya disebabkan oleh ekspektasi inflasi dinilai masih terkelola dengan baik ditengah pelemahan nilai tukar.
Secara bulanan inflasi inti tercatat sebesar 0,21 persen (mtm), sedikit menurun dari bulan sebelumnya sebesar 0,26 persen (mtm). Inflasi inti pada bulan Juli terutama didorong oleh kenaikan biaya masuk sekolah seiring dengan tahun ajaran baru dan kenaikan tarif pulsa ponsel. Secara tahunan, inflasi inti tercatat rendah, yaitu 2,29 persen atau terendah dalam 14 bulan terakhir. (gusti/red)