Medan (Pewarta.co)-Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provsu M Azhar Harahap SP MMA mengungkapkan, masih terjadi alih fungsi lahan pertanian sawah ke non sawah sebesar 2,7 persen per tahun.
“Walaupun sudah terbit Perda No 3 tahun 2015 tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan, tapi alih fungsi ini masih terjadi,” kata Azhar Harahap ketika tampil sebagai narasumber pada Seminar Nasional Ketahanan Pangan Sumatera Utara digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian Universitas Medan Area (Faperta UMA) di Convention Hall Perpustakaan Kampus I Jalan Kolam Medan Estate, Senin (25/11/2019).
Seminar mengangkat tema “Arah dan Kebijakan Pertanian Menyongsong Ketahanan dan Kedaulatan Pangan Sumatera Utara” itu juga menampilkan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumut diwakili Ir Helmi MSi sebagai narasumber. Keduanya dimoderatori dosen Faperta UMA Ir Asmah Indrawaty MP.
Hadir disitu Ketua BEM Faperta UMA Oemar Abdul Aziz, Ketua Panita Seminar Mulyono, dosen dan mahasiswa UMA.
Menurut Azhar, untuk menekan alih fungsi lahan pemerintah menerbitkan Perda No 3 Tahun 2015 tentang alih fungsi lahan.
Di Perda itu telah ditetapkan mana yang boleh dan tidak boleh untuk lahan pangan. Perda ini sudah ditindaklanjuti dengan Perbub dan Perwal.
Langkah kedua untuk menekan alih fungsi lahan, kata Azhar, dengan menetapkan peta terhadap lahan pangan abadi yang tidak diperbolehkan alih fungsi pemerintah tidak sembarangan keluarkan izin.
“Ini merupakan langkah pemerintah provinsi Sumut untuk menekan alih fungsi lahan,” ujarnya.
Disebutkannya, tahun lalu alih fungsi lahan itu dapat ditekan hingga 1,6 persen, dengan membuat dua langkah berdasarkan UU No 56 Tahun 2014 tentang penerapan lahan abadi pertanian.
Menurutnya, pengurangan lahan pertanian terus berjalan, sedangkan laju pertumbuhan terus naik yang bisa mengakibatkan defisit pangan.
“Alih lahan fungsi pertanian itu dapat mengancam ketahanan pangan di Sumut,” ucapnya.
Diakuinya, apabila ketersediaan pangan negara kurang maka bisa mengimpor bisa dari provinsi lain maupun negara lain.
Disebutkannya, dari delapan komoditas strategis yakni beras jagung, kedelai, cabe merah, bawang merah, daging sapi, daging ayam ras, dan telur ayam, ada yang belum bisa dipenuhi Sumut. Sehingga, kata dia, masih didatangkan dari luar.
“Kedelai masih kurang. Produksi bawang berah juga belum bisa terpenuhi,” ujarnya.
Selain persoalan lahan yang semakin sempit, menurut Azhar, minat generasi muda untuk terjun di bidang pertanian yang masih rendah.
Untuk itu, sebagai kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provsu, dia mengarahkan generasi muda agar mau terjun ke dunia pertanian. Dia juga berharap lulusan UMA dapat berkoordinasi dengan pihaknya.
“Saya siap menampung tenaga kerja dari UMA dan kita siap lakukan MoU,” katanya.
Sebelumnya, Wakil Rektor Bidang Akademik Dr Ir Siti Mardiana MSi dalam sambutannya mewakili rektor juga mengakui tantangan pertanian makin berat, bahkan sekarang lahan pertanian sudah banyak berubah fungsi.
“Harapan kami mahasiswa Faperta UMA mengambil kesempatan dalam seminar ini sebanyak-banyaknya, sehingga mahasiswa akan bisa inovatif dalam pertanian,” katanya. (gusti)