Kutalimbaru (Pewarta.co)-Direktur Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Pusat, Brigjen Pol Drs Herwan Chaidir terharu menyaksikan anak-anak mantan terorisme.
Sebab, para anak mantan kombatan itu melaksanakan upacara memperingati HUT-RI ke-73 di halaman Pondok Pesantren Al-hidayah, Desa Sawit Rejo, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara.
Suasana haru itu pun semakin menyelimuti hati seluruh unsur Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Kutalimbaru serta para hadirin tatkala para santri dan santriwati Pondok Pesantren yang terletak di kawasan pelosok wilayah Kabupaten Deliserdang itu menampilkan drama Kolosal.
“Kegiatan ini akan terus kita laksanakan untuk memberikan semangat serta nilai juang terus berkobar dengan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila sebagai idiologi kita,” kata Brigjen Pol Drs Herwan Chaidir didampingi Direktur Radikalisme BNPT Pusat, Drs Irfan Idris.
Diungkapkannya, kegiatan ini juga memiliki nilai edukasi yang amat berharga bagi generasi penerus bangsa.
“Jadi, kegiatan kita ini untuk memberi pengertian kepada masyarakat bahwa jangan asingkan para mantan dan anak-anak kita ini. Anak kita ini merupakan penerus bangsa, kita dampingi mereka, kita bina mereka agar nantinya tidak ada lagi jaringan atau pihak lain yang mengajak mereka kembali menjadi pelaku. Hal itu juga telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 yang menyebutkan lebih mengedepankan upaya pencegahan. Dan mantan teroris ini hanya terjebak oleh aturan hukum, mereka saudara kita, dan tanpa kita sadari kita juga bisa kena,” ungkapnya seraya mengatakan telah mendatangi sekitar 800 mantan teroris.
Selain itu, ditegaskannya, anak-anak mantan teroris ini merupakan generasi penerus yang memiliki potensi dan harus didukung.
“Kita telah saksikan aksi drma colosal yang diperankan anak-anak di pesantren ini. Mereka sangat potensial, mereka generasi penerus bangsa ini. BNPT siap terus di belakang mereka, dan kita akan persentasikan mereka ke negara untuk terus mengawal mereka. Kita akan terus komunikasi, kita akan datang, kita tidak biarkan mereka berjalan dan berkembang sendiri. Kita tidak mau anak kita ini terjerumus seperti orangtuanya dulu, ini tidak boleh dan ini terus akan dikawal. Sekali lagi saya sangat terharu dengan adegan yang diperankan anak kita tadi,” tegasnya.
Sementara itu, para mantan napi, Gazali dan Wage mengatakan bahwa kemerdekaan ini akan terus dijaga.
“Kemerdekaan NKRI terus dijaga, karena bukan hanya mengorbankankan airmata, tapi mengorbankankan darah untuk kemerdekaan RI ini. Kami cinta perdamaian untuk Indonesia yang maju,” katanya haru.
Begitupun, diungkapkannya, ia menyadari apa yang dilakukannya dahulu merupakan kesalahan.
“Jadi, kami tau dan kami sadari tindakan kami salah. Ini hanyalah masalah idiologi dan kami juga sadari tindakan kami itu tidak benar. Namun intinya, kami berharap kepada pihak BNPT, TNI dan Polri untuk mengingatkan agar tidak ada lagi pelecehan agama seperti pelecehan terhadap Nabi Muhamad SAW dan pelecehan tentang Azan. Karena itu dapat memicu tindakan ekstrim.
Dan jangan mau dicampuri oleh pihak asing yang ini membuat kita berkotak-kotak. Jangan fobia terhadap islam. Dan kami cinta perdamaian dan cinta NKRI,” ungkap mantan teroris itu.
Dalam kesempatan yang sama, Kapolsek Kutalimbaru, AKP Martualesi Sitepu SH MH mengatakan akan senantiasa menyambangi dan membina pesantren tersebut.
“Ini anak- anak kita, kita senantiasa akan menyambangi mereka, mereka pintar dan baik. Ini terbukti saat pelatihan sebelum hari H. Intinya mereka sama dengan anak lainnya yang penuh dengan canda dan kecerian,” kata Kapolsek Kutalimbaru itu. (rks)