Medan (Pewarta.co)-Alumni Universitas Sari Mutiara (USM) Indonesia siap berkontribusi membantu pemerintah.
Sebab, berbagai permasalahan yang sedang dihadapi pemerintah perlu mendapatkan perhatian serius institusi pendidikan.
Masalah itu berkaitan dengan masih tingginya angka kematian ibu dan bayi, serta kasus kebakaran htan dan lahan (karhutla) dan kabut asap yang melanda Kota Medan sekitarnya.
Untuk itu USM Indonesia meminta lulusannya dapat membantu pemerintah dan masyarakat untuk menanggulanginya, sesuai dengan bidang ilmu masing-masing.
“Kita minta lulusan yang diwisuda ini berkomitmen tidak terlibat untuk menimbulkan masalah baru lagi,” kata
Rektor USM Indonesia Dr Ivan Elisabeth Purba M.Kes pada wisuda 1.080 lulusan USM Indonesia dan Akademi Kebidanan Sari Mutiara Tahun Akademik 2018-2019 di Medan International Convention Centre (MICC) pada hari Senin 23 September 2019.
Ivan mengaku prihatin terhadap persoalan yang dihadapi bangsa dikarenakan faktor alam dan manusia.
Karenanya, kata Ivan, USM Indonesia siap memberikan kontribusi pemikiran untuk mencari solusi yang terjadi belakangan ini.
Ivan menuturkan, permasalahan dihadapi bangsa mulai dari masih tingginya angka kematian ibu 359 per 100 ribu kelahiran hidup yang terjadi di sarana kesehatan dengan target 102 per 100 ribu kelahiran hidup.
Sementara tingginya angka kematian bayi 32 per 1.000 kelahiran hidup terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan, target 23 per 1000 kelahiran hidup.
Masalah lain karena tingginya angka stunting 19,3 persen yang salah satu penyebabnya adalah gizi sangat buruk.
Sementara di sisi lain, angka obesitas juga meningkat.
Angka tingginya prevalensi merokok pada populasi 10-18 tahun 9,1 persen, sedangkan target RPJM 5,4 persen.
Begitu juga cakupan imunisasi dasar lengkap juga masih di bawah target yaitu 57,9 persen sedangkan target nasional sudah 93 persen.
Lebih lanjut ucap rektor, korupsi yang semakin marak, penyebaran dan pemakaian narkoba yang semakin tinggi sampai adanya masalah kebakaran hutan yang menyebabkan debu yang intensitasnya sudah dalam kategori membahayakan.
Pada kesempatan itu, rektor juga menyebutkan pihaknya menyikapi informasi dan tidak menjadi penyebar hoaks.
Caranya, USM Indonesia harus cerdas berfikir sebelum men-share informasi yang tidak jelas.
“Kita harus bertanggung jawab atas setiap informasi yang hendak dibagikan. Pelaku penyebar hoaks bisa terancam Undang-undang ITE No 11 tahun 2018 tentang informasi dan transaksi elektronik dengan pidana maksimal 6 tahun dan denda maksimal Rp 1 milyar,” ujarnya.
Menurutnya USM Indonesia juga harus berubah, bertransformasi, beradaptasi dengan perubahan.
“Kita menempatkan kualitas lulusan dan kualitas riset yang paling utama terus melangkah memperbaiki diri, meningkatkan diri baik dalam kualitas pembelajaran, kualitas dosen, sarana prasarana, teknologi informasi dan lainnya,” tukasnya.
Lulusan diwisuda sebanyak 1.080 orang itu terdiri dari 261 orang lulusan diploma 3, 656 orang lulusan sarjana, 88 orang lulusan profesi dan 75 orang lulusan magister. (gusti)