• Hubungi Kami
  • Redaksi
  • Pasang Iklan
Senin, 19 Mei 2025
Informasi Berita Terbaru dan Terkini
  • HOME
  • Medan
  • Sumut
  • RIAU
  • Aceh
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Nasional
  • Internasional
  • Sport
  • Advertorial
No Result
View All Result
  • HOME
  • Medan
  • Sumut
  • RIAU
  • Aceh
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Nasional
  • Internasional
  • Sport
  • Advertorial
No Result
View All Result
Informasi Berita Terbaru dan Terkini
No Result
View All Result
Home News Nasional

Politik Jatah Preman, Potret Budaya Politik Indonesia

by NiahLubis
Jumat, 9 Mei 2025
in Nasional
0
VIEWS
FacebookTwitterWhatsappLineWechat

Oleh : Sri Radjasa, M. BA

MENARIK untuk dijadikan kajian, tulisan Ian Douglas Wilson dosen Murdoch University-Australia, dalam bukunya The Politics of protection rackets in post new order Indonesia. Wilson dengan lugas membeberkan soal kehadiran hercules, sebagai cermin dari gagalnya negara dalam menjalankan fungsi-fungsi dasarnya, melindungi, mengatur dan menciptakan keadilan.

bacajuga

No Content Available

Fenomena preman atau genk kekerasan terlibat sebagai perantara kekuasaan informal atau menjadi makelar kekuasaan, sesungguhnya telah ada dalam setiap periode orde kekuasaan di Indonesia. Hal ini terjadi akibat wajah demokrasi yang bopeng dan penegakan hukum yang amburadul. Premanism dan Genk kekerasan adalah manifestasi structural untuk menjadi jebakan jembatan akibat terputusnya relasi kekuasaan antara rakyat dan negara. Pada akhirnya rakyat tetap saja menjadi objek dari kekerasan dan penegakan hukum abal-abal.

Periode orde lama, ada nama Bang Pi’ie jagoan pasar senen yang juga pejuang dimasa merebut kemerdekaan, kemudian masuk dalam kabinet 100 menteri (dwikora II) sebagai menteri urusan keamanan. Sepak terjang bang Pi’ie penuh dengan catatan criminal dan telibat dalam berbagai aksi politik praktis. Kemampuan Bang Pi’ie menggalang massa, menarik perhatian para politisi dan presiden sukarno waktu itu.

Periode orde baru, ada nama Yapto dan Yoris adalah sosok pentolan genk kekerasan yang dekat dengan cendana, kemudian membentuk basis massa melalui ormas Pemuda Pancasila. Pada periode orde baru, sepak terjang yapto dan yoris amat dominan menguasai ruang-ruang kosong yang dibiarkan oleh negara. Mereka piawai dalam membangun loyalitas untuk membentuk otoritas tanpa legitimasi formal.

Berangkat dari otoritas tanpa legitimasi formal, hanya berbekal kedekatan dengan cendana, mereka berhasil menjadi makelar kekuasaan dan bisnis rasa aman yang menurut Wilson disebut sebagai “kontribusi social” dari kelompok preman dan genk kekerasan.

Politik jatah preman sebagaimana dikemukakan oleh Wilson, tidak hanya sebagai representasi politik era reformasi, tapi sesungguhnya telah mengakar menjadi budaya politik di Indonesia pasca kemerdekaan.

Fenomena preman dan genk kekerasan, tidak dapat dilihat semata mata gagalnya penegak hukum, tapi menjadi tolok ukur pemimpin negara yang tidak mampu mengintegrasikan kekuasaan negara, sehingga mengakibatkan porak porandanya kekuasaan negara jatuh ketangan kelompok tanpa legitimasi.
Inilah tragedy dalam kehidupan berbangsa bernegara, ketika preman dan genk kekerasan dijadikan mitra para elite politik, untuk bekerja di areal gelap dimana otoritas legal tidak mampu menjamahnya, seperti membrangus kegiatan politik praktis kelompok oposisi dan aksi-aksi mahasiswa maupun ormas.

Di negara yang penuh dengan ketidak pastian, kebenaran tergantung siapa yang mengucapkan, keamanan hanya milik para orang kaya, penegak hukum bekerja semata-mata karena mengejar materi, rakyat hanya berharap besok masih bisa makan, disinilah kehadiran preman dan genk kekerasan menjadi penawar untuk mengeliminir semua ketidak pastian, tapi semata mata hanya untuk meraup keuntungan sepihak. Kini kesadaran kolektif bangsa amat dibutuhkan untuk menjawab hegemoni preman dan genk kekerasan yang menjual rasa takut sebagai mata uang social. Rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara tidak boleh kalah oleh anasir kekerasan yang hidup menjadi benalu. (red)

Previous Post

Kapolres AKBP Sah Udur Dukung Penuh Tugas Imigrasi

Next Post

160 Kg Sabu dan Ribuan Pil Ekstasi Disita, Polda Sumut Tegaskan Perang Terhadap Narkoba

Related Posts

Nasional

Polda Riau Ungkap Tindak Pidana Narkotika Jenis Sabu Jaringan Internasional

Jumat, 16 Mei 2025
Nasional

Perkara Perbuatan Tidak Menyenangkan Disetujui Penghentian Penuntutannya

Jumat, 16 Mei 2025
Nasional

Polresta Pekanbaru Gelar Jum’at Curhat Bersama Polsek Bukit Raya di Kelurahan Sidomulyo Timur

Jumat, 16 Mei 2025
Nasional

Konsisten Berantas Peredaran Narkoba dan Modus Penipuan, Lapas Pekanbaru Terus Razia Kamar Hunian Warga Binaan

Jumat, 16 Mei 2025
Nasional

Polresta Pekanbaru dan Forkopimda Pekanbaru Gelar Rapat Bahas Isu Strategis Kota: Green For Riau dan Pemberantasan Premanisme

Kamis, 15 Mei 2025
Nasional

Tingkatkan Sinergitas Dengan Polisi, Kepala Lapas Pekanbaru Ikuti Kunjungan ke Satuan Brimob Polda Riau

Kamis, 15 Mei 2025
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Disclaimer
  • Privacy Policy
  • Pedoman Cyber

Copyright © 2024 Pewarta.Co All Right Reserved | PT. Zaki Angkasa Hamdani

No Result
View All Result
  • Home
  • Medan
  • Politik
  • Sumut
    • Asahan
    • Tapanuli Utara
    • Batubara
  • RIAU
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Nasional
  • Sport
  • Selebrity
  • Pendidikan
  • Polisi Kita

Copyright © 2024 Pewarta.Co All Right Reserved | PT. Zaki Angkasa Hamdani