Parapat (pewarta.co) – Jarak tempuh Medan – Parapat terasa panjang dan sangat melelahkan, pada Minggu (7/7/2019) pekan lalu. Beruntung, piknik tanpa rencana itu masih bisa dinikmati dengan kemolekan alam Danau Toba. Pasir putih dekat mess Pempropsu Pora Pora T Rizal Nurdin, menjadi pengobat lelah bermacet ria setibanya di kota wisata tersebut.
Dua unit mobil MPV meluncur dengan kecepatan rata-rata 80 km/jam, begitu memasuki gerbang tol Jalan Letda Sujono, Tembung. Jadwal berangkat baqda Dzuhur molor hingga pukul 15.00 WIB.
Perjalan tersendat ketika ban belakang salah satu mobil kempes. Petugas tol Jasa Marga merespon cepat ketika dilaporkan ada mobil yang berhenti di baju jalan di Km 38 Tanjung Morawa – Tebing. Hanya butuh waktu 15 menit, ban bocor berhasil diganti.
Rombongan Pemred Pewarta.co Chairum Lubis dan Wapemred Wiku Sapta, tancap gas lagi.
Namun apes. Di Km 78 ruas tol Telum Mengkudu – Tebing Tinggi, ban mobil gembos lagi. Terpaksa dimintai bantuan petugas tol kali kedua agar ban diganti. Kali ini, ban terpaksa dibawa keluar tol. ”Wah, kita tidak menjual ban pak. Kalau mau ayo saya antar ke tukang ban di kawasan Teluk Mengkudu atau Perbaungan. Mudah-mudahan ada yang buka, karena ini kan hari Minggu,”kata petugas tol yang datang memberikan bantuan.
Wajah Chairum sudah mulai bersungut-sungut. Dia sepertinya kesal dengan kondisi jalan tol. ”Jalan tolnya menyalah ini. Masa ban bocor sampai dua kali,” katanya sambil menunjuk jalan aspal tol. Dia menyebut, material asapl betol jalan tol tajam. Sehingga mengakibatkan ban mobil mudah bocor.
Kemungkinan lain, ada orang yang sengaja menebar paku dan mor di tol. ”Kemungkinan lain, ada yang sengaja menebar paku, atau juga kawanan perampok yang melakukan ini. Karena kalau malam hari dikawasan ini gelap gulita,”ucap Wakil Ketua SMSI Sumut ini.
Sekira setengah jam-an, ban berhasil dipasang. Waktu sudah menunjukkan jam 18.00 WIB. Perjalanan pun kembali dilanjutkan. Namun selang setengah jam, setibanya di Kota Tebing Tinggi, kami singgah di salah satu masjid di kota Lemang itu, untuk menunaikan ibadah salat Maghrib.
Usai salat, tanpa ada rehat perjalanan menuju Siantar dikebut. Sebelum sampai Serbelawan, Simalungun, rute kendaraan lancar. Namun sesampainya di persimpangan Serbelawan, laju mobil mulai terasa melambat dan membosankan. Jarak tempuh Tebing Tinggi – Siantar yang awalnya hanya sekira 50 an Km, menjadi lebih dari 3,5 jam.
”Penyebab kemacetan tak jelas. Ribuan kendaraan tumpah dan tak bisa bergerak berjam-jam lamanya di jalanan Ampun, ini perjalanan yang sangat melelahkan,”repet Chairum.
Sepanjang macet, kami tidak bisa berbuat apa-apa. Laju mobil hanya bisa dipacu 20 km/jam atau malah berhenti sama sekali selama beberapa jam lamanya. Begitu seterusnya sampai rombongan sampai di Kota Roti Ganda, Siantar sekira jam 23.30 WIB.
Karena lelah dan bercampur lelah, kami memutuskan makan dan minum di Siantar Square. Makan indomie goreng ala kadarnya sambil menyeruput bandrek susu panas, agar badan terasa hangat.
Setengah jam kemudian, kami langsung tancap gas. Namun sial, tak jauh dari kota yang dimotori Hefriansyah Noor itu, perjalan kembali tersendat. Aduh..ratusan mobil bergerak sangat lambat persis di depan kami. Malah sebagian besar pengemudi dan penumpang mobil memilih keluar. Mereka ngobrol sambil menghisap rokok membuang jenuh lantaran macet. Ketika mobil di depan mereka bergerak pelan, mereka pun buru-buru masuk ke dalam mobil. Namun turun lagi, ketika antrean mobil kembali berhenti. Begitu seterusnya pemandangan malam yang terjadi malam itu. Hemat cerita, baru sekira jam 02.30 WIB, kami sampai Kota Parapat.
Lelah tak berkesudahan, itulah yang kami alami. Badan pegal dan capek setelah menempuh perjalanan panjang hanya bisa terobati ketika bertemu kasur.
Esok paginya, Senin (8/7/2019), Chairum mengajak menikmati perjalanan menuju Ambarita, Samosir, melalui pelabuhan di Aji Bata. ”Kita naik kapal penumpang dan mobil yang baru. Pasti seru,” ucap Ketua Pewarta Polrestabes Medan itu.
Keseruannya tak terlalu greget karena untuk bisa menaki kapal penyeberangan harus ditempuh dengan perjuangan antre. Antreannya panjang nauujubilah.
”Nunggu nyeberangnya pun lama kali sampai 2 atau 3 jam an gitu. Karena kalau nggak antre alamat tidak bisa nyeberang,”tambahnya lagi.
Beruntung, di atas kapal kita bisa menikmati pemandangan alam Danau Toba yang indah dan hijau. Kalau tidak, mungkin perjalanan libur kali ini tak terasa nikmatnya.
Sesampai di Ambarita, tidak banyak yang bisa dilihat. Kuatir tidak dapat antrean mobil untuk menyeberang, kamj hanya duduk-duduk di warung kopi di dekat dermaga. Sekira jam 18.30, kapal merapat dan langsung menyeberang ke Ajibata.
Perjalanan menyeberang hanya ditempuh kurang dari 45 menit. Namun di tengah danau, tiba-tiba hujan deras disertai petir datang. Alhasil menikmati keindahan alam Danau Toba pada malam hari di atas kapal urung didapat.
Keseruan liburan baru ternikmati keesokan paginya. Itupun berkat lobi-lobi Chairum Lubis dengan penjaga Mess Pempropsu, Izam. Pria berdarah minang ini menunjukkan tempat wisata elok dekat mess. ”Disini saja bapak dan keluarga berwisata. Pasirnya putih, airnya jernih dan ada keseruan bermain Banana Boat serta jet ski. Kalau di tempat lain, airnya kurang jernih. Disini, airnya jernih kali,”ucap Izam berpromosi,”katanya.
Di lokasi yang direkomendasi Izam, air relatif sangat jernih dan sejuk. Batu-batuan danau pun tidak banyak seperti di tempat lain di Parapat. Kawasannya juga tak tersentuh tanaman enceng gondok dan tanaman danau lainnya.
Untuk mandi dan berenang, lokasi ini sangat bersahabat. Ada pelampung disediakan pihak pengelola. ”Sewa banana boat Rp400 ribu saja. Ban dan pelampung juga ada,”kata Sinambela, pengelola lokasi tersebut.
Ah keseruan berlibur setelah berjam-jam terjebak macet menuju kota wisata ini pun tertebus. Bermain Banana Boat bersama anak-anak jadi pengobat kesal. Kesal karena tol bikin ban bocor sebanyak 2 kali. Berang lantaran terjebak macet selama berjam-jam menuju kota Mangga Udang ini pun sirna seketika.
Alam Danau Toba nan indah, bikin hati menjadi sejuk. Ya semua lelah itu sirna ketika melihat keriangan dan tawa ceria anak-anak mengisi liburan sekolah tahun ini. Meski tak sebanding dengan pengalaman terjebak macet diperjalanan, namun lumayan bisa menyegarkan pikiran setelah penat berbulan-bulan terjebak rutinitas kerja. (khalisah/red)