Oleh : Kompol Rudi Silaen
Lembaga Pendidikan Sespimen Polri dalam pembinaan rohani dan mental melakukan beberapa hal kegiatan.
Pembinaan rohani dilakukan dengan melaksanakan kegiatan agama dan kegiatan kerohanian lainnya. Demikian halnya yang terjadi terhadap peserta didik yang beragama Kristen.
Di dalam lembaga Pendidikan Polri terdapat lengkap tempat-tempat ibadah keagamaan. Saat berada di lembaga setiap minggu dan waktu tertentu kami melakukan kegiatan pembinaan rohani.
Tentu terhadap kegiatan-kegiatan pembinaan rohani dituntut kedewasaan dari masing-masing peserta didik. Saat berada di luar lembaga peserta didik harus melaporkan kegiatan keagamaan yang dilaksanakan diluar lembaga kepada bagian administrasi lembaga yang mengurusi peserta didik. Demikian saya sampaikan kotbah atau renungan dalam kegiatan rohani berikut ini.
Dimasa pandemi saat ini kami melakukan kegiatan keagamaan melalui daring. Pada hari minggu tanggl 27 September 2020 yang saya melakukan melalui live streaming dengan HKBP Sudirman Medan. Pada kesempatan kali ini pendeta membawakan kotbah adalah Pdt Sukirawati boru Sihotang STh dimana ayat kotbah yang diambil dari 2 Samuel 9, ayat 1-8.
Menurut narasi Alkitab (2 Samuel 4:4), Mefiboset berusia lima tahun ketika ayah dan kakeknya meninggal dalam Pertempuran Gunung Gilboa. Ketika datang kabar tentang kematian Saul dan Yonatan, inang pengasuh Mefiboset mengambilnya dan melarikan diri dengan panik karena takut orang Filistin akan membunuh anak itu.
Dalam kepanikan itu, Mefiboset jatuh atau dijatuhkan saat orang-orang melarikan diri, sehingga sejak itu ia menjadi timpang pada kedua kakinya dan tidak dapat berjalan. Nama “Mefiboset” ditulis sebagai “Meribaal” pada 1 Tawarikh 8:34.
Lima belas tahun kemudian, setelah peralihan tahta kerajaan dari Kerajaan Bersatu, Raja Daud mencari “orang yang tinggal dari keluarga Saul” supaya “aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan” dan “kasih yang dari Allah” dan Mefiboset dibawa kepadanya oleh Ziba. Daud memulihkan warisan Saul untuk Mefiboset dan diizinkannya untuk hidup di dalam istananya di Yerusalem, sementara harta dan tanahnya, serta putranya yang masih kecil bernama Mikha diurus oleh Ziba. Setelah pemberontakan Absalom dipadamkan, Ziba berupaya untuk menjelek-jelekkan Mefiboset di hadapan Daud, tetapi ketika Daud kembali ke Yerusalem, Mefiboset membuktikan kesetiaannya dan diizinkan terus tinggal di istana raja (2 Samuel 16:1; 2 Samuel 19:24).
Dari cerita diatas dapat kita lihat sosok Raja Daud yang setia akan kebaikan yang pernah dia terima dari Nabi Yonatan, walaupun Raja Sual ayahnya Nabi Yonatan pernah berbuat tidak baik pada dirinya. Setelah jadi Raja atas Bangsa Israel dia memulihkan hak-hak keturunan orang yang pernah jahat dan pernah berbuat baik baginya.
Hal kedua adalah bagaimana Mefiboset sangat rendah hati, walaupun dia sebagai keturunan raja, tapi mampu menyadari dan merendahkan dirinya di hadapan Raja Daud. Mefiboset tetap setia pada raja dan tidak menghianatinya.
Keberadaan hidup ini sangat konflit saudara-saudara sekalian, kita harus jeli melihat dan memahaminya. Cerita ini menjadi tuntunan yang dapat kita laksanakan dalam kehidupan kita. Kita bisa mengingat dan mencontohnya. (red)