Medan (pewarta.co) – Meneladani Kasat Reskrim Kompol Eko Hartanto
Masih tergolong muda. Energik so pasti. Selama dua minggu ini saja, Eko Hartanto bersama tim khususnya (Pegasus) sudah beberapa kali memuntahkan timah panas. Sasarannya dengkul para begal sadis kota ini.
Kasat Reskrim Polrestabes Medan itu pernah menjabat sebagai Kasat Lantas Polres Asahan. Semasa berdinas di kabupaten berjuluk Rambate Rata Raya itu, Eko dikenal supel. Tak lama, pria berperawakan tinggi ini pun dipercaya sebagai Kapolsek Sunggal.
Setelahnya, ayah Biyu ini diberi amanah menduduki kursi Kasubag Mutjab Polda Sumut. Sepak terjangnya sempat meredup karena banyak duduk di belakang meja selama 4 tahun.
Nah, baru dua minggu ini namanya melejit lagi. Secarik surat perintah tunggal memcantumkan namanya menggantikan posisi AKBP Putu Yudha Prawira, sebagai Kasat Reskrim Polrestabes Medan.
Nama Eko akrab ditelinga warga Medan, berkat kegigihannya mencabut nyawa Tongat, pelaku begal sadis kota ini.
Rentetan umbar pelor terhadap bajingan kota ini pun menular ke pasukan Pegasus polsek-polsek bentukan Kapolrestabes Medan Kombes Pol. Dadang Hartanto itu.
Putra kelahiran Pati, Jawa Tengah, ini berhasil menghapus stigma soal basic ilmu Satlantas yang lebih santai ketimbang unit reskrim. ”Saya bekerja dengan hati saja bang. Dengan begitu, terhapus sendiri stigma negatif itu,” kata Eko, saat menerima Ketua Pewarta Polrestabes Medan Chairum Lubis SH, Sabtu (12/10/2019).
Dia mengaku menulari etos kerja seniornya Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto, Waka Poldasu Brigjen Pol Mardiaz Khusin Dwihananto, SIK, SH, Mhum dan Kapolrestabes Medan Kombes Pol. Dr. Dadang Hartanto, SH, SIK, MSi
Eko gampang senyum. Banyolannya pun tidak garing. Cerdas memilih topik pembicaraan yang kadang diselip canda.
‘Dilarang merokok disini bang. Hayo kalau mau merokok keluar, ”ucapnya saat Chairum izin merokok di ruangan kerjanya, sambil ngakak lebar.
Dia mudah akrab dan tak ingin ada jarak saat tatap muka. Makanya ia banyak bercanda dan melepas tawa.
Bukan hanya kepada pewarta saja, kepada personel dibawahnya pun, Eko ramah.
Dia selalu menyebut anggotanya dengan panggilan adik. Kepada yang lebih tua usianya, dia menyapa dengan mas atau abang.
Kedekatannya itu pun terekam saat salah seoang personilnya berulang tahun. Awalnya Eko tampak tegas. ”Tolong siapkan dulu makan abang-abang ini. Jangan pergi dulu dari ruangan saya. Bereskan dulu ini,” kata Eko kepada personil yang berulang tahun.
Namun ternyata itu hanya setingan. Suprise merayakan hari lahir sang anggota dirayakan di ruangannya. Eko malah sempat menyiramkan air kepada bawahannya.
Suasana semakin mencair. Beberapa personil polisi lain satu persatu masuk ke dalam ruangannya.
”Mari kita rayakan ulang tahunnya rame-rame,”kata Eko, bersemangat.
Santun memang menjadi gaya hidupnya. Tapi kepada orang baik saja. Kepada bajingan, oh jangan tanya. Tegas dan terukur menjadi semboyannya. Alih-alih senyum, peluru alamat opname di dengkul.
Di mata warga kota ini, sosok pria yang lahir 15 Agustus1980 ini layak dianggap sebagai polisi yang luar biasa. Ramah dan santun di depan masyarakat, tapi bikin gemetaran pelaku kejahatan. (Wik/red)