Oleh: Teguh Santosa
Kemarin seorang staf di Kedutaan Besar Republik Ukraina di Jakarta mempersilakan saya masuk ke ruangannya yang berada persis di sebelah ruangan kerja Dubes Ukraina Vasyl Hamianin.
Kedubes Ukraina terletak di kawasan Epicentrum, Jakarta Selatan. Persisnya di Gran Rubina Business Park.
Sebuah bendera Ukraina berukuran sedang ditempelkan di jendel yang berada di sisi barat. Selain itu ada bendera kecil dan sebuah bulava.
Bulava adalah gada atau pemukul khas dari Ukraina. Kepalanya memiliki beberapa duri tajam. Benda ini adalah atribut penting dari jabatan politik dan militer tertinggi di negara itu sejak ratusan tahun lalu.
“Biar mereka bisa lihat kami masih ada, dan tak terkalahkan,” ujarnya.
Dia buka tirai jendela, dan baru saya mengerti apa maksud ucapannya.
Dari ruang kerja di lantai 16 itu, tampak jelas Kedutaan Besar Federasi Rusia di pojok Jalan HR Rasuna Said dan Jalan Pedurenan Masjid Raya.
Bangunan besar berwarna merah bata itu menempati kavling tersebut hingga ke Jalan Denpasar di belakangnya. Tempat tinggal Dubes Rusia Lyudmila Vorobieva berada di sisi lain Jalan Denpasar.
Saya beberapa kali bertemu Dubes Lyudmila Vorobieva di tempat itu. Kunjungan terakhir saya adalah tanggal 24 Desember lalu. Sejumlah hal kami bicarakan, dan waktu itu saya mendapat kesan perang masih dapat dielakkan.
Dari ruang kerja staf Kedubes Ukraina ini bangunan Kedubes Rusia tampak bagaikan raksasa yang berdiri gagah. Warnanya yang merah bata dan sisi tengahnya yang lebih tinggi mirip postur Kremlin di Moskow.
“Istana drakula,” kata staf Kedubes Ukraina itu lagi.
“Mereka menuduh kami sebagai simpatisan Nazi. Fitnah yang keji. Tapi lihat, mereka menggunakan semua cara yang pernah digunakan Hitler dan Nazi untuk menghancurkan dunia,” nadanya berapi-api. Getir.(red)