Medan (pewarta.co) – Financial Technology atau Fintech adalah inovasi di bidang jasa keuangan yang sedang tren di Indonesia. Kehadirannya memberikan akses terhadap produk keuangan sehingga transaksi menjadi lebih praktis dan efektif.
Seiring dengan kemajuan inovasi itu, Bank Indonesia (BI) akan terus melakukan monitoring terhadap pelaku usaha di sektor teknologi finansial itu di Sumatera Utara.
“Kita akan terus monitoring pergerakan transaksi melalui dompet digital itu,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatera Utara/Koordinator BI Sumatera Wiwiek Sisto Widayat, Selasa (2/4/2019) kepada wartawan di kantornya Jalan Balai Kota Medan.
Monitoring itu akan terus dilakulan lantaran BI belum memiliki data yang akurat terkait fintech. “Karena itu kami belum bisa mengumpulkan data lebih detail terhadap pelaku usaha yang bergerak melakukan transaksi melalui digital,” kata Wiwiek didampingi Direktur BI Perwakilan Sumut Andiwiana Septonarwanto.
Diungkapkannya, meskipun merupakan barang baru tapi transaksi fintech cukup besar dan keberadaannya menjadi pesaing dari industri-industri yang established seperti perbankan dan Pegadaian.
Untuk Sumatera Utara, sebut Wiwiek, kehadiran dompet digital ini paling besar di Medan lebih dari 70 persen.
Wiwiek menjelaskan perkembangan fintech memang sudah tumbuh tinggi, tapi secara volume masih rendah. Keberadaannya pun harus dikelola dengan baik supaya tidak merugikan masyarakat, terutama dari sisi bunga yang tinggi.
Dia melihat fintech ini sama seperti tengkulak, lintah darat dan sejenisnya dimana proses mendapatkan pinjaman dana cukup mudah, cuma fintech caranya melalui online dengan HP.
Bahkan, sebutnya, ada fintech yang memberikan kredit hanya dalam tempo 5 menit tapi resikonya juga besar, suku bunganya pasti besar.
“Ini yang harus diperhatikan masyarakat, sebab suku bunganya satu bulan bisa 5-7 persen,” tegasnya.
Wiwiek menuturkan, di dunia barat keberadaan fintech memberikan kontribusi cukup besar. Sedangkan di Indonesia punya banyak unicorn seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee dan banyak lagi yang cukup besar tapi dari sisi pertumbuhannya, sedangkan dari sisi volume masih lebih kecil dari perbankan konvensional.
Wiwiek menjelaskan meski pihaknya belum punya data akurat terkait fintech di Sumut, tapi di Jakarta sudah dibahas mengenai fintech ini dengan membuat focus group discussion yakni Forum Sistem Pembayaran (SP) dengan tujuan bisa mendapatkan data akurat fintech.
“Jadi kita ingin bagaimana fintech ini dapat memberikan laporan transaksi ke BI,” katanya.
Untuk itu saat ini pihaknya masih melakukan pembahasan agar pelaku usaha tekfin ini bisa melaporkan perusahaannya terkait aset dan transaksinya tersebut. (gusti/red)