Medan (Pewarta.co)–Secara nasional, jumlah prevalensi perokok wanita setipa harinya di Kota Medan lebih tinggi ketimbang jumlah pria yang merokok.
Padahal, merokok merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan dini.
Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian Tim Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kota Medan bekerjasama dengan Universitas Sumatera Utara (USU) yang menggelar kajian Survey Prevalensi Perokok di Kota Medan.
“Hasil kajian menyimpulkan bahwa prevalensi merokok setiap harinya di Kota Medan lebih tinggi dari angka nasional tahun 2016. Prevalensi merokok setiap hari pada pria, lebih rendah dari angka nasional, sedangkan pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional,” ujar Tim Peneliti daru USU, dr Juanita saat memapakan hasil kajiannya pada Seminar Akhir Survei Prevelensi Perokok Kota Medan, di Hotel Grand Antares, Jalan Sisingamangaraja Medan, Kamis (15/11/2018).
Lanjut dijelaskannya, itu disebabkan dengan pengetahuan responden tentang bahaya rokok sudah sangat baik.
“Hal ini disebabkan karena pengetahuan dan sikap responden tentang rokok serta bahaya merokok sudah baik, namun belum diikuti dengan perilaku sehat, yaitu untuk tidak merokok,” jelas dr Juanita.
Kemudian Juanita juga mengatakan, penelitian ini melahirkan beberapa rekomendasi di antaranya Pemko Medan dan juga Dinas Kesehatan Kota Medan perlu meningkatkan sosialisasi bahaya rokok baik bagi kesehatan serta dampak ekonomi dan sosial bagi kehidupan kedepannya.
Indonesia Peringkat 5 Jumlah Perokok Terbanyak Dunia
Sementara itu, Wali Kota Medan H.T Dzulmi Eldin S diwakili Sekretaris Balitbang Kota Medan, Siti Maharani Hasibuan mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi perokok aktif yang tinggi, menempati posisi Nomor 5 di dunia dalam hal jumlah perokok terbanyak. Prevalensi perokok meningkat selama kurun waktu dari tahun 1995 – 2013 pada pria dan wanita di semua kelompok umur. Sementara itu banyak penyakit bersumber dari rokok.
“Berbagai penyakit yang disebabkan dengan kebiasaan merokok telah terdokumentasikan dengan baik. Penyakit tersebut yakni paru-paru, saluran pernafasan kronik, kardiovaskuler, ginjal, kanker tenggorokan, lambung, kandung kemih, mulut rahim dan sumsum tulang. Paparan asap rokok juga dapat menyebabkan Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) atau kematian mendadak pada bayi,” ujar Sekretaris Balitbang.
Masalah merokok, sambung Maharani, tidak hanya merugikan perokok aktif itu sendiri tetapi juga dapat merugikan perokok pasif. Perokok pasif merupakan orang – orang yang tidak terimbas langsung dari racun yang dikeluarkan rokok.
“Dari hasil temuan riset kesehatan dasar (2007) sekitar 85 persen perokok di Indonesia merokok di dalam rumah saat berada di sekitar keluarga dan anak -anak, dan juga merokok di lingkungan perkantoran yang merupakan kawasan bebas merokok yang diatur oleh perda Kota Medan. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya perokok pasif yang mengalami gangguan kesehatan yang disebabkan rokok. Perokok pasif memiliki risiko infeksi pernafasan yang lebih tinggi seperti Pneumonia dan Bronkitis dibandaingkan anak – anak dari orang tua yang tidak merokok,” jelas Maharani.
Jumlah Perokok di Negara Maju Menurun
Sebagaimana diketahui, jumlah perokok mengalami penurunan dengan semakin meningkatnya kesadaran akan bahaya rokok di negara maju, namun sebaliknya terjadi peningkatan jumlah perokok di negara berkembang.
Berkaitan dengan itu, Balitbang Kota Medan menggelar kajian Survey Prevalensi Perokok di Kota Medan.
Hasilnya, jumlah wanita perokok di Kota Medan lebih tinggi ketimbang pria. (Dik)