Medan (Pewarta.co)- Peringatan Hari Jamu Nasional yang ke-14 tahun diharapkan menjadi momentum untuk kebangkitan jamu di Indonesia dan Sumatera Utara (Sumut) khususnya. Sebagai obat tradisional yang sudah digunakan secara turun temurun, jamu juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Demikian disampaikan Ketua Dewan Rempah Indonesia (DRI) Sumut Nawal Lubis pada Peringatan Hari Jamu Nasional yang mengangkat tema ‘Pemanfaatan dan Peningkatan Daya Saing Jamu Menuju Sumut Sehat dan Bermartabat’, di Aula Tengku Rizal Nurdin, Selasa (31/5/2022).
“Perubahan gaya hidup masyarakat yang mulai beralih ke minuman herbal tradisional yang dinilai lebih sehat, membuat jamu semakin naik daun. Ini juga menjadi peluang bisnis usaha jamu semakin terbuka lebar,” ucap Nawal Lubis..
Hadir dalam kegiatan ini, Ketua Bidang Pembinaan Karakter Keluarga TP PKK Sumut Sri Ayu Mihari, Ibu-ibu Forkopimda, Ketua TP PKK Kabupaten/Kota yang hadir maupun mengikuti secara virtual, OPD Sumut serta para pelaku usaha jamu Sumut.
Kepada para pelaku UMKM Jamu, Nawal berpesan, agar terus berupaya meningkatkan daya saing produk jamu, karena pelaku usaha jamu mempunyai peran yang strategis dalam rangka peningkatan perekonomian di Sumut. Hal ini juga berdampak pada petani rempah penghasil bahan baku jamu sebagai peluang usaha yang menjanjikan.
“Mari kita bersama mendorong dan memperkuat UMKM obat tradisional dan usaha jamu mampu memproduksi produk yang berkualitas, berdaya saing dan mampu mengisi pasar ekspor,” katanya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar khasiat jamu yang dihasilkan terjamin aman dikonsumsi dan dapat memberikan manfaat bagi kesehatan adalah pemilihan dan pengolahan bahan baku yang baik serta kualitas, mendapat izin BPOM, sertifikat Halal dan persyaratan lainnya.
Kepala Dinas Perkebunan Sumut sekaligus Ketua Panitia Pelaksana Kegiatan Hari Jamu Lies Handayani Siregar mengatakan, pelakasanaan kegiatan yang diinisasi Ketua DRI Sumut tersebut adalah bertujuan untuk mengangkat kearifan lokal dan meningkatkan jamu menuju daya saing secara global.
“Pada pertemuan ini selain seminar juga akan dilakukan expo jamu jamu yang ada di Sumut. Untuk seminar akan membahas manfaat jamu dan peran keamanan jamu untuk kesehatan,” ucap Lies Handayani.
Lies mengatakan, sebanyak 30 ribu tanaman yang ada di Indonesia sudah dijadikan herbal/jamu oleh masyarakat dan telah dikonsumi 50% oleh masyarakat. “Ini adalah angka yang sangat menggembirakan. Namun pemerintah tetap mengedepankan keamanan dan standar bagi jamu olahan yang saat ini banyak beredar di masyarakat yang diatur oleh UU kesehatan No. 46/2009,” katanya.
Kesempatan itu, Nawal Lubis didampingi Sri Ayu Mihari dan rombongan juga meninjau seluruh gerai expo produk kemasan dan bahan rempah jamu yang dipamerkan. Bahkan sempat mencicipi racikan jamu yang disediakan dalam pameran itu, serta bertanya tentang kasiat dan dari rempah apa saja jamu tersebut diolah.
Ribuan produk olahan jamu tersedia pada kegiatan tersebut, baik yang berupa ramuan mentah, olahan minyak serta berbagai rempah yang ada di Sumut seperti daun kelor, daun min, jahe, kunyir serta masih banyak lainnya.
Ketua Bidang Pembinaan Karakter Keluarga TP PKK Sumut Sri Ayu Mihari mengajak masyarakat untuk terus melestarikan jamu. “Jamu ini harus tetap ada. Karena jamu ini sangat bermanfaat untuk kita semua. Untuk anak-anak maupun orang dewasa, laki-laki maupun perempuan. Semoga bisa tetap melestarikan jamu ini,” ujarnya.
Ia sendiri juga sampai saat ini masih mengonsumsi ramuan rempah-rempah. Kalau jamu sendiri, dulu ia juga sempat minum jamu gendong. “Kalau sekarang saya sudah tidak ada lagi konsumsi jamu. Karena langganan jamu gendong saya sudah almarhum,” ujar di tengah-tengah meninjau stand para UMKM. (red)