Medan (Pewarta.co)-Mengalami homestay di desa atau kampung tradisional mungkin merupakan salah satu cara tercepat dan termudah untuk mengenal Malaysia yang sebenarnya.
“Anda akan menemukan hal-hal di sini bergerak lebih lambat daripada di kota, hal yang diharapkan bagi mereka yang menikmati ketenangan kehidupan pedesaan. Inilah yang dimaksud dengan slow traveller, menikmati setiap pengalaman yang diperoleh,” kata Direktur Tourism Malaysia Medan, Hishamuddin Mustafa pada Seminar Explore Malaysia More 2020 di Hotel Santika Medan, beberapa waktu lalu.
Seminar dibuka Konsul Jendral Malaysia Medan Aiyub Omar itu dihadiri Presiden MKHA (Malaysia Kampungstay & Homestay Association) Zohaime bin Muhammad Sori, Dewan Tata Krama ASITA (Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia) Sumut Surya Salim, para travel agent, maskapai penerbangan, institusi pendidikan, pelaku industri wisata dari Malaysia dan Sumut.
Kegiatan digelar Tourism Malaysia Medan itu dirangkai dengan pemaparan Malaysia Kampungstay & Homestay Association (MKHA) untuk memberikan presentasi mengenai homestay Malaysia yang tersebar di berbagai negeri, diantaranya Selangor, Negeri Sembilan, Melaka, Kelantan, dan Sarawak.
Dijelaskannya, tamu homestay tidak hanya akan tenggelam dalam gaya hidup penduduk setempat. Mereka juga akan dengan cepat menjalin ikatan dengan keluarga mereka yang hangat dan ramah yang akan memperlakukan mereka seperti keluarga mereka sendiri.
Menurutnya, pengunjung akan mengalami spektrum penuh kehidupan desa, seperti belajar memasak di rumah, cara menyiapkan makanan, mengumpulkan sayuran segar dari halaman belakang, mencuci dan memasaknya.
“Anda juga akan memiliki kesempatan untuk memanen buah-buahan yang sedang musim atau mencoba keahlian dalam memetik kelapa dari pohonnya dengan tiang bambu,” katanya.
Peserta program homestay dapat menikmati permainan tradisional yang masih populer, seperti layang-layang, gasing dan congkak. Selain itu bisa memilih untuk menjelajah lingkungan di homestay tersebut, seperti memancing di tepi sungai atau menikmati tempat bertani.
Di malam hari, pengunjung menikmati tarian budaya, pertunjukan musik, dan bahkan mock-wedding yang membuat peserta antusias ikut berpartisipasi.
“Rasakan pesona tradisi Melayu yang telah dilestarikan sepanjang zaman. Ketika Anda kembali ke rumah, bawa serta pengalaman budaya dan persahabatan keluarga yang akan dengan senang hati menyambut Anda kapan pun kembali ke Malaysia,” tuturnya.
Hishamuddin menuturkan, keberadaan homestay di Malaysia sudah ada sejak 1998. Pihak Kementrian terus mengembangkannya karena melihat ini peluang yang baik sebagai produk pelancongan, sehingga bisa menjadi nilai tambah.
Disebutkannya, saat ini ada 217 homestay yang dikembangkan dengan serius dan terdaftar di Kementerian Pelancongan dan Kebudayaan Malaysia.
Keberadaan homestay diakui Hishamuddin diminati para pelancong termasuk pelajar tingkat SMA hingga perguruan tinggi.
Saat ini jumlah pelajar dari mancanegara yang menuntut ilmu di negeri jiran ini sekira 200 ribu orang dan dari jumlah itu 10 ribu dari Indonesia
Dia juga menjelaskan tarif untuk penggunaan homestay minimal 40 orang pelajar relatif murah sekira 300 RM san sudah komplit termasuk biaya makan
Hishamuddin juga menyebutkan, untuk penumbuhan homestay ada beberapa syarat yang harus dilakukan, seperti 10 unit rumah dalam satu kampung dan dalam 1 rumah itu terdapat 1 ruang bilik khusus untuk .
“Kemudian setelah dicek kesesuaiannya, kebersihan, ada perlindungan asuransi dan dilengkapi alat pemadam api serta lalu lintas yang lancar,” katanya.
Menurut Hishamuddin, keberadaan homestay ini biasanya lebih diminati para pelajar karena tinggal bersama orangtua angkat.
Meskipun biaya homestay lebih murah dibandingkan jika menetap di hotel, namun kata Hishamuddin hal itu bukan suatu ancaman atau saingan bagi industri perhotelan.sebab bentuknya compliment.
“Dengan adanya homestay, maka pelancong ada pilihan. Memang awalnya untuk orang yang tidak ada uang. Tapi sekarang sudah tren dan cari pengalaman terbaru,” katanya.
Ditambahkannya, kalau mau liburan ke Malaysia, masukkan ke dalam list bisa nginap di homestay.
Konsul Jendral Malaysia Medan Aiyub Omar mengakui diperlukan dukungan untuk menggalakkan industri pelancongan homestay.
“Malaysia memang banyak memiliki produk pelancongan yang ditawarkan kepada warga Sumut. Homestay ini satu market, pasaran yang bagus bagi Malaysia untuk menarik wisatawan dari Sumatera,” tuturnya. (gusti)