Medan (Pewarta.co)-Guna menjaga stabilitas ekonomi nasional, Bank Indonesia menegaskan komitmennya mendukung penuh implementasi program-program pemerintah yang tertuang dalam Astacita.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut dukungan itu melalui lima aspek termasuk upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia di tengah gejolak global yang terus berlanjut.
Dikatakannya, BI juga berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, stabilitas moneter, serta stabilitas sistem keuangan bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
“Komitmen kami di Bank Indonesia terus memastikan rupiah itu stabil. Tentu saja sejalan dengan mata uang regional di tengah tekanan dolar yang terus kuat,” kata Perry pada peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2024, Rabu (22/01/2025).
Peluncuran LPI 2024 bertema “Sinergi Memperkuat Stabilitas dan Transformasi Ekonomi Nasional” disiarkan melalui YouTube dan Instagram, juga secara offline di Kantor Pusat BI Jakarta.
Perry menjelaskan, komitmen BI untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dilakukan baik melalui intervensi di pasar spot dan forward maupun pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder.
Dalam mendukung Astacita, BI juga terus berkoordinasi dengan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. Bersama Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pembelian SBN dari pasar sekunder oleh Bank Indonesia telah disepakati melalui mekanisme pertukaran SBN secara bilateral (bilateral buyback/debt switching).
“Dengan langkah ini, BI turut mendukung program Astacita sehingga pembiayaan fiskal bisa didorong,” ujarnya.
Perry menyebut Indonesia merupakan salah satu contoh terbaik bagaimana kebijakan fiskal bersama kebijakan bank sentral selalu bersinergi.
Dia mengungkapkan, tahun ini Bank Indonesia akan melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder termasuk debt switching.
“Dari SBN COVID-19 yang jatuh tempo tahun ini, kurang lebih Rp100 triliun. Bahkan, kami berkomitmen untuk membeli SBN dari pasar sekuler lebih dari itu,” ujarnya.
Selanjutnya, BI juga mendukung program-program dalam mendorong kredit ke sektor-sektor prioritas melalui insentif Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) kepada perbankan sebesar Rp295 triliun.
“Kami arahkan ke sektor-sektor yang menciptakan lapangan kerja,” sebutnya.
Terbesar adalah tujuannya di pertanian, perdagangan ritel, termasuk di sektor-sektor perumahan rakyat.
“Terbesar adalah di bidang UMKM, mikro dan ekonomi kreatif. Kami terus dukung program-program Astacita itu untuk mendorong sektor riil melalui insentif KLM,” katanya.
Bank sentral juga mendukung program-program ketahanan pangan, dikaitkan juga dengan pengendalian inflasi.
BI mengerahkan 46 kantor-kantor perwakilan BI di seluruh Indonesia untuk mendukung kesuksesan program-program hilirisasi pangan.
Terakhir, BI mendukung akselerasi digitalisasi ekonomi yang tertuang dalam Astacita.
“Itulah lima dukungan Bank Indonesia dalam program-program Astacita. Satu, stabilitas. Dua, pembelian SBN termasuk debt switching,” tuturnya.
Program Astacita ketiga adalah insentif likuiditas untuk mendorong kredit ke sektor-sektor prioritas penciptaan lapangan kerja. Keempat adalah ketahanan pangan, hilirisasi pertanian khususnya. Nomor lima adalah digitalisasi.
Selain dukungan-dukungan tersebut, BI pada saat ini juga sedang mempersiapkan bentuk dukungan lainnya termasuk menyiapkan instrumen baru untuk menempatkan devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) yakni melalui Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
“Kami juga sedang siapkan adalah dukungan Bank Indonesia untuk bagaimana program makan bergizi. Program ini, sangat bagus karena membentuk ekosistem khususnya keuangan ekonomi inklusif. Kami sedang membicarakan bagaimana Bank Indonesia tidak hanya kantor pusat, melalui 46 kantor Bank Indonesia di seluruh Indonesia bisa mendukung program suksesnya program ini,” katanya. (gusti)