Medan (Pewarta.co)-Film Horas Amang, yang mengangkat tentang budaya suku Batak sangat bagus dan menyentuh.
Film ini sangat recomended untuk disaksikan oleh semua kalangan.
Tidak hanya suku batak, namun semua suku.
Sebab, di dalam film tersampai pesan nilai-nilai luhur, yang di mana seorang ayah mengedukasi anak-anaknya agar mencapai kesuksesan.
Hal itu disampaikan Sutradara Film Horas Amang, Steve Wantania saat konfrensi pers dengan awak media di Cinemax Sun Plaza Medan, Kamis (27/9/2019).
Dikatakannya, film ini berkisah tentang keluarga, di dalamnya banyak pesan yang bisa ditanamkan.
“Apapun sukunya, dari mana pun asalnya, nomor satu adalah keluarga. Ya keluarga adalah segala-galanya. Di film ini mengangkat keluarga, yang pantas ditonton dari anak bahkan sampai opung-opung. Jadi sangat recomended bagi semua kalangan,” ujarnya.
Dijelaskannya, film ini sangat menyentuh, di mana perjuangan seorang ayah untuk mengedukasi anak-anaknya mencapai kesuksesan.
Ada nilai-nilai pendidikan di dalamnya.
Tiga bulan si Amang (Cok Simbara) sudah diprediksi dokter kena penyakit, umurnya cuma tiga bulan.
Tapi dengan kegigihan si Amang berupaya untuk memberikan nilai-nilai pada anaknya bagaimana sebenarnya budaya Batak.
Film yang mengangkat budaya Batak berjudul
‘Horas Amang’ dibintangi oleh aktor senior Cok Simbara, Tanta Ginting, Dendi Tambunan, Jack Marpaung, Novita Dewi Marpaung hingga Piet Pagau.
Mengedepankan tema keluarga, film ini berkisah tentang Amang (ayah) dari tiga anak yang berusaha sekuat tenaga agar mereka meraih kesuksesan kelak.
Kehidupan di dunia modern yang sibuk membuat anak-anak jadi mengabaikan sang Amang dan melupakan adat istiadat.
Amang pun menggunakan cara yang tidak biasa agar anak-anaknya kembali saling mengasihi dan menyanyangi orang tua.
Pesan moral yang akan diangkat dalam film ini, kata produser Jufriaman Saragih, adalah selalu menyayangi orang tua meski sudah dibuai kesuksesan.
Meski budaya Batak diangkat di film ini, bukan berarti ‘Horas Amang’ cuma bisa dinikmati oleh suku tertentu.
“Karakter yang ditampilkan di Horas Amang tidak melulu orang Batak, ada juga Dodi Epen Cupen dari Papua. Horas Amang diangkat dari kisah berjudul sama yang dipentaskan oleh Teater Legiun pada 2016,” terang Jufriaman Saragih.
Naskah filmnya ditulis oleh Ibas Aragi, sutradara dan penulis dalam pementasan tersebut.
Mengadaptasi naskah teater menjadi skenario film terasa menantang karena Ibas yang harus memangkas versi 4 jam menjadi versi 1,5 jam.
Film yang disutradarai Steve Wantania ini sudah diproduksi di pulau Samosir dan Danau Toba di Sumatera Utara dan Jakarta.
Kekhasan budaya Batak juga bakal diperlihatkan lewat lagu-lagu termasuk ‘Anakku Naburju’, musik Gondang dan dialog-dialog berlogat Batak. (ril)