Medan (Pewarta.co)-Bayi dengan usus di luar perut (gastroschisis) meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik.
Bayi malang bernama Arjuna Adipati yang lahir dengan kondisi gastroschisis itu meninggal dunia, Kamis, (25/7/2019) sore setelah menjalani perawatan intensif selama 3 hari di RSUP Haji Adam Malik.
Hal itu dibenarkan oleh Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat (Kassubag-Humas) RSUP Haji Adam Malik, Rosario Dorothy Simanjuntak.
Rosario menyampaikan, bayi dari pasangan Gunawan Syahputra (30) dan Imelia (18) penduduk Jalan Denai, Gang Muslimin, Kecamatan Medan Denai itu meninggal dunia sekitar Pukul 16.30 WIB.
“Iya benar. Bayinya sudah meninggal karena penyakit yang dideritanya,” ujar Rosario seraya menyebutkan Arjuna telah dirawat sejak Selasa 23 Juli 2019.
Lanjut dijelaskan Rosario, kini pihak keluarga sedang mengurus kepulangan jenazah untuk dikebumikan.
Karena kondisi finansial orang tua bayi yang kurang mendukung, pihak rumah sakit akan memudahkan administrasinya.
“Jenazahnya kita pulangkan hari ini juga. Tapi karena statusnya pasien umum dan keluarga juga tergolong tidak mampu, kita hanya meminta jaminan KTP dan KK dari keluarga saja,” jelasnya.
Sehubungan itu, sebelumnya dr Erjan Fikri MKed SpB juga telah menyampaikan, jika kecil harapan bagi sang bayi untuk hidup.
Itu disebabkan infeksi berat pada usus, sejak sang bayi lahir.
“Secara kasat mata saja, kondisinya memang sudah berat,” ungkap Erjan.
Akan tetapi, dari hasil evaluasi tim dokter, sambung Erjan, Arjuna masih bisa diselamatkan, asalkan saat melahirkan, sang ibu harus menjalani operasi sesar.
Menurut Erjan, infeksi yang dialami bayi terjadi karena proses persalinan normal.
“Bayi yang lahir dengan usus terburai keluar ini termasuk kelainan yang tidak bisa dicegah tapi bisa diketahui dini melalui pemeriksaan antenatal care, yakni di-USG. Jadi kalau dia sudah ketahuan, maka akan dilahirkan secara operasi sesar, karena kalau jalan normal akan infeksi sekali,” paparnya.
Selain itu, lanjut diungkapkannya, kalau ada dokter obgyn dan dokter bedah anak, maka ususnya bisa akan langsung dimasukkan ke tubuh melalui operasi.
Namun hal ini, dengan catatan ususnya masih belum mengalami pembengkakan.
“Tapi yang ini sudah bengkak. Jadi memang sulit, sehingga harus dirawat dulu baru dilakukan operasi,” ungkapnya.
Erjan mengaku, selama masa kehamilan, orang tua korban memang tidak pernah melakukan USG untuk mengecek kondisi bayi.
Perobatan masa kehamilan juga sambung dia, juga dilakukan oleh orang tua hanya melalui bidan.
“Ini memang penyakit yang langka. Tapi sekali (kasusnya) ada akan fatal,” pungkasnya.
Sementara itu, ayah bayi, Gunawan mengaku, terdaftar sebagai pasien umum karena pembiayaan melalui BPJS Kesehatan atau Jaminan Persalinan (Jampersal) Medan masih terkendala pada pengurusan.
Selain itu Gunawan mengaku, saat istrinya mengandung, mereka tidak pernah memeriksakan kondisi kehamilan ke dokter dan USG karena tak punya biaya.
Belum lagi, selama mengandung, mereka kerab mengonsumsi telur rebus, mie instan dan nasi.
“Tapi memang, selama istri mengandung tidak ada keluhan dan merasakan hal lainnya,” bebernya.
Gunawan menuturkan, pekerjaannya juga hanya sebagai pedagang bakso goreng keliling.
Pendapatan satu hari, ujar dia, besarnya pun hanya berkisar Rp 20 sampai Rp 30 ribu saja.
“Dari penghasilan itu baru dibagi lagi untuk modal bakso goreng dan makan kami. Untuk itu saya berharap, Pemko Medan mau membantu pembiayaan anak saya agar dapat ditanggung BPJS Kesehatan atau Jampersal Medan,” lirihnya. (bolang)