Tangerang (pewarta.co) – Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Budi Waseso menyebut tingkat darurat narkotika di Indonesia sangat parah.
“Kalau ditanya tingkat darurat seberapa parah ya parah banget. Karena ini hanya beberapa jenis saja yang baru berhasil kita ungkap,” ujar
Buwas saat menghadiri pemusnahan barang bukti narkoba di Garbage Plant Bandara Soekarno Hatta, Selasa (15/8/2017).
Dari penangkapan selama ini, ada beberapa jenis yang berhasil ditemukan, lanjut Buwas, namun belum terdaftar sebagai salah satu jenis narkotika di Indonesia. “Ya, ada beberapa jenis yang kita temukan tapi masuk ke jenis baru total ada 66 jenis baru,” tuturnya.
Bahkan, narkotika jenis baru yakni flakka yang selama ini ditakuti pun sudah mulai beredar masuk ke Indonesia.
“Kami akan bekerja sama dengan Polri dan Bea Cukai untuk menelusuri Flakka yang sudah masuk (ke Indonesia) dan sumbernya darimana,” ucapnya.
Meski demikian, Buwas mengaku tidak ada istilah terlambat untuk memberantas narkotika. Hal tersebut dikarenakan narkotika telah mengancam generasi penerus bangsa di masa yang akan datang. Berapapun besaran nilai harga narkotika, tidak sebanding dengan nilai manusia.
“Kalau ini kita hitung jumlah manusia, sudah ada jutaan manusia yang terancam dengan adanya narkotika. Satu manusia tidak bisa dihargai
dengan apapun,” tandasnya.
Sebagaimana diketahui, bandar maupun pengedar narkoba memilih Indonesia untuk dijadikan “pasar narkoba” atau target untuk menjual barang haramnya karena dinilai sebagai salah satu negara yang mudah dimasuki dan memiliki pangsa pasar yang tinggi.
Tak heran jika banyak narkoba dari jaringan Taiwan, Malaysia, Singapura, Hong kong dan beberapa negara lainnya dengan sangat mudah
masuk ke Indonesia.
Dalam mengedarkan narkoba sendiri, para pengedar dan bandar tersebut menggunakan jaringan terputus yakni antara bandar, pengedar dan pemesan tidak saling kenal sehingga mempersulit petugas untuk mengungkap pemesan yang ada di Indonesia. (red)