Medan (Pewarta.co)-Kepala Kantor Bank Indonesia Wilayah (KPw) Sumut, Wiwiek Sisto Widayat mengungkapkan prospek ekonomi Sumatera Utara (Sumut) pada 2020 diprakirakan tumbuh menguat dibanding 2019.
“Kondisi ini didorong adanya peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga, dan investasi ekspor,” kata Wiwiek, Kamis (7/11/2019).
Disebutkannya, pertumbuhan itu terjadi pada sisi lapangan usaha (LU), pertumbuhan didorong oleh LU perdagangan, konstruksi, dan industri pengolahan.
Wiwiek juga menyebutkan perekonomian Sumut di triwulan III 2019 tumbuh 5,11% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya (5,25% yoy). Meskipun demikian, pencapaian tersebut di atas pertumbuhan ekonomi Nasional dan Sumatera.
“Secara historis, pertumbuhan ekonomi menurun jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara spasial, pertumbuhan Sumut merupakan yang tertinggi ke-4 diantara 10 provinsi di Sumatera setelah Sumatera Selatan (Sumsel), Sumatera Barat (Barat) dan Provinsi Lampung,” katanya.
Berdasarkan realisasi pertumbuhan quartel 3 tahun 2019 secara spasial untuk Provinsi Aceh pertumbuhan ekonominya 3,76 persen, Sumut 5,11 persen, Riau 2,74 persen.
Sumbar 5,16 persen, Bengkulu 4,94 persen dan Lampung 5,16 persen . Untuk Jambi 4,31 persen, Sumsel 5,67 persen dan Bangka Belitung hanya 3,05 persen serta Kepulauan Riau 4,89 persen.
Untuk keseluruhan tahun 2019, ekonomi Sumut diprakirakan tumbuh menguat dibanding 2018 yang didorong oleh peningkatan kinerja konsumsi pemerintah, investasi serta berkurangnya tekanan impor luar negeri.
Di sisi LU pertumbuhan didorong oleh LU pertanian dan konstruksi.
Wiwiek juga mengungkapkan beberapa faktor pendorong pertumbuhan di Sumut yakni konsumsi pemerintah terjadinya penyerapan anggaran lebih baik untuk program peningkatan kualitas tenaga kerja, pendidikan, kesehatan, pertanian, pariwisata serta peningkatan anggaran transfer, dana desa, serta bantuan sosial dari pusat.
Kemudian impor luar negeri berupa barang modal dan bahan baku turun seiring dengan penurunan kinerja investasi dan LU Industri Pengolahan akibat pelemahan kinerja ekonomi mitra dagang utama.
Selain itu adanya LU Pertanian . Kondisi cuaca yang kondusif serta dampak positif dari program Pemda di bidang pertanian.
“Lapangan usaha konstruksi juga menyebabkn terjadinya pertumbuhan ekononi. Terus bergulirnya proyek-proyek multiyears seperti jalan tol, pembangkit listrik, gedung perkantoran, pertokoan, dan sebagainya,” kata Wiwiek.
Sementara faktor penahan pertumbuhannya yakni yang pertama Ekspor Luar Negeri: Permintaan eksternal melemah sbg dampak kinerja ekonomi dunia yang diprakirakan melambat.
Faktor kedua Konsumsi Rumah Tangga: Tertahannya pendapatan dari sisi ekspor luar negeri serta tekanan inflasi yang cukup tinggi di tahun 2019.
Kemudian faktor investasi: Tendensi pelaku usaha swasta yang menahan rencana ekspansi, khususnya investasi non-bangunan, seiring pelemahan prospek ekonomi dunia.
Demikian pula faktor LU Perdagangan: Perlambatan permintaan dari komponen konsumsi rumah tangga.dan kelima LU Industri Pengolahan: Penurunan permintaan eksternal. (gusti)