Medan (pewarta.co) – Akademisi sosial politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Shohibul Anshor Siregar akhirnya angkat bicara seputar akan dijualnya rumah almarhum Marah Halim Harahap. Shohib mengatakan, dirinya sedih dan prihatin.
Memang rumah itu milik pribadi. Tetapi Shohib merasa cukup terguncang. Sebab, saat pilgubsu 2018 mulai memasuki tahapan yang makin memanas, rumah mantan gubernur paling lama memerintah, dengan legacy besar bersifat irreversible (tak terulang), yang mengharumkan nama Sumut ke dunia internasional melalui sepakbola (Marah Halim Cup) yang terdaftar sebagai agenda FIFA, justru pada saat itulah rumah ini akan dijual.
“Kemaren, dari arah Simpang Limun, Medan, Saya melintas di Jalan Sakti Lubis dan tepat di persimpangan Jalan STM Saya berbelok ke kiri. Saat itulah Saya saksikan beberapa lembar kertas manila ditempelkan di pagar rumah almarhum Marah Halim Harahap. Isinya berupa pemberitahuan bahwa rumah itu akan dijual,” ujar shohib, Sabtu, (9/12/2017).
Lebih lanjut diungkapkan Shohib, untuk penyelamatan rumah bersejarah itu, dirinya mengharapkan Pemprovsu berinisiatif membeli rumah tersebut.
“Saya berharap rumah itu janganlah terjual dulu dalam waktu dekat ini sambil berharap Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bersedia mempertimbangkan untuk membelinya. Kelak bisa dimanfaatkan apakah sebagai sebuah museum atau peruntukan lain yang bermanfaat bagi pelaksanaan pembangunan di daerah ini,” ungkap Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumut (LHKP – PWMSU) ini.
Kepada beberapa tokoh marga Harahap, lanjut dijelaskan Shohib, dirinya telah memberitahukan dan meminta para tokoh tersebut untuk menjadikan rumah bersejarah tersebut sebagai Bagas Godang. “Saya telah sampaikan kepada tokoh bermarga Harahap yang Saya kenal dan meminta mereka untuk membeli rumah tersebut dan dijadikan sebagai Bagas Godang Marga Harahap. Itu juga tidak kurang manfaatnya,” jelas Shohib sembari menambahkan bahwa yang lebih tepat membeli itu ialah Pemprovsu.
Selain itu, Shohib memaparkan, menyaksikan rumah almarhum Marah Halim Harahap akan dijual tersebut, ia teringat dengan rumah MY Efendi nasution (Pendi Keling). “Kisah serupa pernah menjadi pemikiran Saya ketika beberapa tahun lalu menyaksikan rumah almarhum Pendi Keling dihancurkan untuk dijadikan rumah-rumah toko. Rumah itu juga milik pribadi. Tetapi terutama generasi Angkatan 66 dan para aktivis Pemuda Pancasila pada zamannya, pastilah tahu bahwa rumah itu adalah rumah pergerakan dalam menghadapi gerakan PKI,” kenangnya seraya meyakini pepatah lama yang menyebutkan Bangsa yang besar adalah bangsa yang pandai menghargai para pahlawannya masih berlaku.
Begitupun, Koordinator Umum Pengembangan Basis Sosial Inisiatif & Swadaya (‘nBASIS) ini menegaskan, jika ia memiliki kemampuan, rumah bersejarah itu akan dibelinya. “Sekiranya Saya punya duit, segera Saya ambil alih itu. Sungguh,” tegasnya. (red)
