Medan (Pewarta.co)-Di pasar modal Indonesia, para investor dalam menentukan keputusan arah investasi juga merespon kondisi era new normal di pertengahan 2020 Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) ini.
“Meski aktivitas ekonomi nasional dibayangi pandemi Covid-19, hal ini tidak menyurutkan minat perusahaan untuk masuk ke pasar modal,” kata Kepala Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Sumatera Utara (Sumut), Muhammad Pintor Nasution, Selasa (7/7/2020).
Sementara, sebutnya, perkembangan Initial Public Offering (IPO), terdapat 29 perusahaan tercatat baru di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai dengan 1 Juli 2020 dan terdapat 22 pipeline pencatatan efek saham baru.
“Pencapaian perusahaan tercatat baru di BEI ini merupakan jumlah tertinggi di antara bursa efek di kawasan ASEAN,” ujarnya
Hingga 17 Juni 2020, kata Pintor Nasution, terdapat 296 perusahaan tercatat atau 43,3 persen dari total perusahaan tercatat di BEI telah menyampaikan Laporan Keuangan Kuartal 1-2020. Total agregat laba bersih dari 296 perusahaan tersebut pada kuartal 1(Q1) 2020 mencapai Rp63,4 triliun, atau mengalami penurunan sebesar 19,71 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurutnya, nilai perhitungan kinerja keuangan perusahaan tercatat ini akan terus bergerak, karena batas waktu penyampaian laporan keuangan Q1-2020 perusahaan tercatat direlaksasi sampai akhir 30 Juni 2020.
Adapun komposisi persentase penyampaian laporan keuangan perusahaan tercatat Q1-2020 di Indonesia sebanyak 43,3 persen tersebut sejalan dengan tren di kawasan regional ASEAN, meliputi Singapura dan Malaysia masing-masing 34 persen dan 66 persen dari total perusahaan tercatat yang ada di kedua bursa di negara tersebut.
Dari sisi investor pasar modal, sampai dengan Mei 2020, terdapat pertumbuhan jumlah investor sebesar 13 persen menjadi 2,81 juta investor, yang terdiri dari investor saham, reksa dana, dan obligasi, dibandingkan akhir tahun lalu. Investor saham mengalami kenaikan sebesar 8 persen dari tahun 2019 atau mencapai 1,19 juta investor saham berdasarkan Single Investor Identification (SID) per Mei 2020.
“Jika dilihat dari klasifikasi usia investor, Pasar Modal Indonesia mulai didominasi oleh investor muda dan milenial, tercermin dari tren pertumbuhan investor saham yang berada pada usia 18-30 tahun dalam 4 tahun terakhir,” tuturnya.
Untuk pertumbuhan aktivitas investor ritel dalam tiga bulan terakhir juga melonjak, yang secara rata-rata naik lebih dari 50 persen (periode April -Juni 2020) dibandingkan di periode yang sama pada tahun sebelumnya. Dari sisi jumlah produk berbasis local index, pertumbuhan Exchange Traded Fund (ETF) yang eksponensial, membuat Indonesia menduduki peringkat pertama di ASEAN, seiring dengan pertumbuhannya yang signifikan sejak 2018.
Pada Juni 2020, telah dicatatkan 2 produk ETF baru di BEI, sehingga sampai dengan saat ini, telah terdapat 45 ETF tercatat, 22 manajer investasi penerbit ETF, dan 7 dealer partisipan ETF di Pasar Modal Indonesia.
“Nilai transaksi ETF secara keseluruhan juga terus menunjukkan peningkatan yang signifikan pada beberapa tahun terakhir dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 55% sejak 2016 sampai dengan 2019,” katanya.
Adapun perkembangan pasar modal Indonesia terkini, saat ini hampir seluruh kinerja indeks Bursa Global mengalami penurunan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun sebesar 21,13 persen di level 4.905 pada 30 Juni 2020, dibanding akhir tahun 2019. Pada umumnya, seluruh indeks sektoral mengalami penurunan secara year to date.
Dikatakannya, sektor yang mengalami penurunan paling dalam selama tahun 2020 adalah sektor property dan real estate sebesar 36,09 persen.
Di sisi lain, sebutnya, sektor consumer goods menunjukkan kinerja indeks yang relatif baik dibandingkan indeks acuannya (IHSG dan LQ45).
“Bahkan, sektor consumer goods mampu mencatatkan kinerja positif sejak adanya pengumuman kasus Covid-19 pertama di Indonesia,” ujarnya.
Namun, kata Pintor, sisi positifnya, aktivitas perdagangan justru terus meningkat. Rata-rata frekuensi perdagangan meningkat 9,64 persen menjadi 514 ribu kali per hari dengan rata-rata total nilai transaksi dan volume transaksi masing-masing sebesar Rp7,67 triliun per hari dan 7,63 miliar lembar per hari.
Diungkapkannya juga, sejak Maret 2020, aktivitas transaksi terus mengalami peningkatan seiring diterbitkannya rangkaian kebijakan pemerintah dan otoritas sektor keuangan dalam melakukan stabilisasi kondisi perekonomian dalam negeri. (gusti)