Medan (Pewarta.co) – Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah I Sumut menggelar halalbihalal di kantor Jalan Sempurna Tanjung Sari Medan, Jumat (13/5/2022).
“Mari kita jadikan momentum halalbihalal sebagai sarana untuk saling memaafkan dan memperkokoh kebersamaan,” ajak Plt Kepala LLDikti Wilayah I Prof Dr Ibnu Hajar MSi di hadapan pimpinan dan utusan perguruan tinggi swasta (PTS) Sumut yang hadir pada acara itu.
Halalbihalal digelar bersama Darma Wanita Persatuan LLDikti Wilayah I itu diisi tausiyah disampaikan ustad Dr Fuji Rahmadi P.,S.HI.,MA.CIQaR,CIQnR. Hadir di acara itu Ketua Darma Wanita Persatuan LLDikti Wilayah I Yusniarti Ibnu Hajar, Kepala Bagian Umum Dra Faizah Bt Johan Alamsah MSi, pejabat fungsional dan seluruh sub koordinator, serta staf administrasi LLDikti Wilayah I.
Menurut Prof Ibnu Hajar, halalbihalal bukan hanya sekedar ritual atau kebiasaan di bulan Syawal usai melaksanakan ibadah puasa ramadan. Ia mengingatkan, halal bi halal memang sudah menjadi tradisi dalam masyarakat Indonesia, namun jangan sampai esensinya hilang.
“Tradisi di momen Idulfitri ini merupakan jembatan untuk bersilaturahim. Namun harus ada esensinya, yakni menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Demikian juga halnya dengan pelayanan di LLDikti Wilayah I, harus lebih baik lagi,” ucapnya.
Diingatkannya juga, beribadah bagus kepada Allah SWT juga harus dibarengi dengan bagusnya hubungan kepada manusia yang disebut keseimbangan habblumminallah dan habblumminannas.
“Habblumminallah antara lain melaksanakan sholat, berpuasa, membayar zakat. Sedangkan habblumminannas maknanya sangat luas, bukan hanya kata maaf ketika mengaku salah. Urusan utang piutang juga wajib diselesaikan,” tukasnya.
Prof Ibnu menjelaskan, makna dari kata halal bi halal yakni melepaskan yang terganjal, meluruskan yang kusut. Ia menyebutkan tingginya nilai silaturahmi itu yang sejajar dengan ibadah melaksanakan sholat, puasa dan bayar zakat.
“Memutuskan silaturahmi itu ancamannya tak masuk surga. Tetaplah menjaga silaturahmi yang akan memperkokoh kebersamaan dan mendorong untuk saling berbagi,” katanya.
Sedangkan ustad Dr Fuji Rahmadi dalam tausiyahnya menuturkan, halal bi halal merupakan ciri khas atau keunikan di Indonesia. Menurutnya, di negara lain tak ada istilah halal bi halal tersebut karena kegiatan itu memang ‘produk’ atau tradisi yang ada di Indonesia. Ia meyakini, walau kata halal bi halal menggunakan bahasa Arab, tapi acara seperti itu tak ada di negara itu.
“Bahkan orang Arab tak tahu istilah halalbihalal,” ucap dekan Fakultas Agama Islam Universitas Panca Budi Medan ini.
Ustad asal kota Kisaran ini sependapat dengan Plt Kepala LLDikti Wilayah I Prof Dr Ibnu Hajar, bahwa pelaksanaan halal bi halal harus ada esensinya. Baginya, halal bi halal memiliki tiga esensi, yakni silaturahmi, saling memafkan dan ikhlas berbagi.
“Silaturahmi memanjangkan umur dan memudahkan rezeki. Dari ilmu kesehatan, ternyara silaturahmi bikin pikiran tenang dan hati senang,” katanya.
Ustad Fuji menyampaikan, usai melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan akan menjadi pribadi yang lebih baik. Disebutkannya, syarat puasa bukan Islam, tapi iman. Sebab, dalam agama lain juga ada ibadah puasanya.
“Prosesnya, berpuasa. Hasilnya jadi orang yang baik. Keluar dari bulan Ramadan akan jadi orang baik. Inilah input, proses, output dan outcomenya. Jadi, halal bi halal di bulan Syawal usai berpuasa juga jangan cuma seremoni. Tapi akan membentuk pribadi yang lebih baik lagi,” katanya.
Sebelumnya, ketua panitia Saidinal Akbar Saragih menuturkan, halalbihalal tersebut digelar untuk menjalin tali silaturahim antar sesama pegawai dan PTS yang ada di lingkungan LLDikti Wilayah I.
“Pada kesempatan ini hendaknya kita saling bermaaf-maafan, karena merupakan hal yang mulia,” ucapnya. (gusti)