Medan (Pewarta.co)-Student Counselor Nuffic Neso (StuNed), Viddy Naufal mengajak warga Sumatera Utara (Sumut) untuk studi di Belanda.
Pasalnya, dari 4.544 penerima beasiswa StuNed sejak Tahun 2000 hingga 2018, tercatat hanya 46 orang saja berasal dari Sumut yang menempuh studi di Negeri Kincir Angin itu.
Hal itu diungkapkan Viddy Naufal, Student Counselor Nuffic Neso dalam keterangannya kepada wartawan di Medan, Kamis (13/9/2018).
“Sejak tahun 2000 hingga 2018, sudah ada 4500 lebih penerima beasiswa StuNed, dan kurang dari 1 persennya berasal dari Sumatera Utara. Tentunya kita prihatin melihat jumlah yang masih minim tersebut,” kata Viddy.
Dijelaskan Viddy, beasiswa StuNed merupakan salah satu beasiswa yang diberikan oleh pemerintah Belanda bagi warga negara Indonesia.
Namun minimnya jumlah penerima beasiswa asal Sumut, membuat Nuffic Neso Indonesia menyosialisasikan informasi studi di Belanda dan kesempatan beasiswa dengan mengunjungi beberapa universitas di Sumut, khususnya Medan.
Nuffic Neso juga menggelar World Education Expo Indonesia di Adimulia Hotel Medan pada Kamis 13 September 2018.
“Nuffic Neso Indonesia adalah kantor perwakilan Nuffic, organisasi non profit di Belanda yang ditunjuk resmi menangani kerja sama internasional di bidang pendidikan dan didanai oleh pemerintah Belanda,” jelasnya.
Ditambahkannya, Nuffic Neso Indonesia menyediakan informasi serta memberikan konsultasi secara cuma-cuma mengenai lebih dari 2.100 program studi yang diberikan dalam bahasa Inggris.
“Orang Belanda bisa berbahasa Inggris, sehingga mempermudah orang yang belajar ke Belanda. Selama ini banyak yang menganggap studi di Belanda susah karena harus bisa berbahasa Belanda. Padahal, 90 persen orang Belanda bisa berbahasa Inggris,” ungkap Viddy.
Dituturkannya, saat ini ada banyak program beasiswa yang memungkinkan masyarakat Indonesia untuk studi di Belanda.
Selain StuNed, ada beasiswa yang dinamakan Orange Knowledge Programme (OKP), juga beasiswa Orange Tulip dan Holland scholarship serta beasiswa masing-masing universitas di Belanda.
Belum lagi beasiswa dari pemerintah Indonesia seperti beasiswa LPDP, beasiswa Unggulan Kemendikbud, beasiswa Budi, beasiswa Kominfo, dan lainnya.
“Seharusnya faktor biaya tidak lagi menjadi penghalang untuk melanjutkan studi,” tuturnya.
Selain itu, disebutkannya, setiap tahunnya ada sekitar 500 pelajar Indonesia yang berangkat ke Belanda.
Program studi yang paling diminati oleh pelajar Indonesia adalah bidang bisnis dan manajemen serta engineering.
“Bidang pertanian pun menjadi favorit bagi mahasiswa Indonesia di Belanda,” sebutnya.
Viddy juga mengungkapkan, kesempatan kerja pascastudi di Belanda terbuka luas, karena pemerintah Belanda memberi kesempatan alumni universitas Belanda untuk mendapatkan kerja di Negeri Belanda.
Hal tersebut terlihat dari kebijakan pemerintah dengan memberikan visa ‘Zoek Jaar’ atau visa pencari kerja.
“Visa ini dapat berlaku selama tiga tahun setelah kelulusan. Dengan demikian sepulang dari Belanda, bukan hanya ilmu yang didapat, tapi juga pengalaman kerja dan bekal finansial untuk mengembangkan usaha di negara asal,” kata Viddy. (gusti)